Media Network
Sabtu, 14 JUNI 2025 • 10:59 WIB

Digital Public Relations dan Tantangan Komunikasi di Era AI dan Metaverse

Author
Dr. Hilda Y Wono, M.Med.Kom. - Digital Public Relations dan Tantangan Komunikasi di Era AI dan Metaverse
Dr. Hilda Y Wono, M.Med.Kom. Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Media Universitas Ciputra

Ilustrasi PR dan perkembangan teknologi AI dan metaverse. (Dok. AI)

INDOZONE.ID - Kemajuan teknologi digital saat ini berlangsung dengan sangat pesat dan mengakibatkan perubahan yang cukup signifikan pada cara komunikasi publik dilaksanakan. Di tengah perkembangan tersebut, dua hal yang mencuri perhatian adalah kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan Metaverse — sebuah ruang virtual yang menggabungkan dunia fisik dan digital dalam pengalaman yang sangat mendalam. Bagi dunia Public Relations (PR), kedua hal tersebut bukan hanya tren teknologi, tetapi juga tantangan dan peluang yang perlu dikelola dengan cermat.

Keuntungan AI dalam Praktik PR: Mempercepat serta Memperkuat Komunikasi

AI telah secara radikal mengubah cara organisasi berinteraksi dengan audiensnya. Dengan potensi untuk mengelola data besar secara real-time, AI memungkinkan para praktisi PR untuk memahami perilaku, preferensi, dan perasaan masyarakat dengan lebih mendetail dan tepat. Misalnya, chatbot berbasis AI yang sekarang mampu memberikan layanan kepada pelanggan selama 24 jam di berbagai media sosial, telah menjadi perangkat krusial dalam meningkatkan mutu pelayanan pelanggan.

Di tingkat global, banyak perusahaan telah merasakan keuntungan dari penerapan AI. Di Indonesia, contohnya, operator telekomunikasi besar seperti Telkomsel telah menggunakan AI untuk menghadirkan layanan yang lebih personal dan responsif, yang pada gilirannya memperbaiki reputasi perusahaan serta meningkatkan kepuasan pelanggan.

Selain itu, AI berfungsi sebagai alat strategis bagi praktisi PR dalam memprediksi tren isu yang sedang berkembang, sehingga mereka dapat lebih proaktif dalam menangani kemungkinan krisis. Hal ini sangat penting karena citra suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan mereka untuk beradaptasi dan merespon secara cepat terhadap perubahan pandangan masyarakat.

Risiko dan Tantangan Etis AI dalam Hubungan Masyarakat

Meskipun memberikan berbagai kemudahan, penerapan AI dalam PR juga menyisakan beberapa kekhawatiran yang perlu diwaspadai. Otomatisasi komunikasi memiliki potensi untuk mengurangi elemen kemanusiaan yang selama ini menjadi faktor utama keberhasilan interaksi dengan masyarakat. Apabila pesan yang disampaikan terasa sangat kaku atau kurang tulus, kepercayaan publik dapat menurun dengan signifikan.

Risiko penyebaran informasi yang tidak benar (disinformasi) juga semakin menjadi fokus perhatian. Dengan perkembangan teknologi seperti deepfake dan konten yang dihasilkan otomatis oleh AI, menjadi sulit untuk mengidentifikasi mana yang benar dan mana yang dipalsukan. Contoh penggunaan deepfake dalam kampanye politik internasional menunjukkan seberapa serius masalah ini.

Di Indonesia, situasi ini sudah jelas, terutama pada Pemilu 2019 dan 2024, ketika penyebaran hoaks melalui media sosial dengan cepat merusak opini publik dan mengganggu ketertiban sosial. Oleh karena itu, dalam ranah PR, para profesional tidak hanya perlu menjadi komunikator, tetapi juga sebagai pelindung integritas informasi dan pendidik publik mengenai pentingnya literasi digital.

Metaverse: Area Baru untuk Komunikasi yang Mendalam

Sementara AI berfokus pada pengoptimalan data dan respons otomatis, Metaverse menyediakan peluang untuk komunikasi yang lebih dinamis dan interaktif. Metaverse merupakan dunia virtual 3D di mana pengguna bisa berinteraksi lewat avatar dalam suasana digital yang menyerupai kehidupan nyata. Ini memberikan peluang baru bagi PR untuk menciptakan komunikasi yang lebih mendalam dan berarti.
Contohnya, pada tahun 2023, merek internasional seperti Nike dan Gucci telah mulai meluncurkan kampanye pemasaran serta produk mereka di Metaverse, menawarkan pengalaman unik bagi pengguna untuk mencoba produk secara virtual.

Di Indonesia, beberapa startup teknologi juga mulai mencoba event dan pameran virtual, meskipun masih di tahap awal. Keunggulan Metaverse terletak pada kemampuannya untuk menghapus batasan waktu dan lokasi, sehingga memiliki potensi besar dalam membangun komunitas, menyelenggarakan konferensi, serta menjalankan kegiatan sosial yang lebih interaktif — yang tentunya sangat sesuai dengan tren kerja hibrida dan komunikasi setelah pandemi.

Tantangan Implementasi dan Etika di Metaverse Namun demikian, Metaverse juga menghadapi beberapa masalah. Salah satu masalah utama adalah akses teknologi. Tidak semua orang memiliki perangkat yang cukup atau koneksi internet yang cukup cepat untuk menikmati sensasi ini. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan digital menjadi lebih besar dan mengakibatkan isolasi sosial.

Selain itu, privasi dan keamanan data menjadi perhatian utama. Karena interaksi di dunia maya melibatkan pengumpulan data yang sensitif, profesional PR dan organisasi harus memastikan bahwa data dikelola dengan cara yang etis dan sesuai dengan peraturan untuk menghindari pelanggaran privasi atau penyalahgunaan data.

Mengendalikan Perubahan PR: Keseimbangan Teknologi dan Humanisme

Dalam era AI dan Metaverse, praktisi PR harus mengubah cara berpikir dan menguasai keterampilan mereka. Tidak hanya harus pandai berbicara, Anda juga perlu tahu tentang teknologi, analisis data, dan cara membuat pengalaman digital yang menarik. Agar profesi PR tetap relevan, diperlukan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan.

Nilai kemanusiaan tidak boleh hilang dalam proses ini. Untuk keberhasilan PR, komunikasi yang tulus, transparan, dan penuh empati tetap menjadi kunci. Teknologi hanyalah alat, bukan pengganti sentuhan manusia yang tulus dan kredibel.

Bersahabat dengan Kemajuan Teknologi: Sikap Terbuka namun Selektif

Untuk memaksimalkan manfaat teknologi, Anda harus tetap terbuka dan beradaptasi. Menolak kemajuan teknologi bukanlah pilihan yang tepat. Menjaga integritas pesan, menggunakan teknologi dengan bijak, dan tetap fokus pada tujuan PR utama—membangun kepercayaan dan hubungan yang kokoh dengan publik adalah penting untuk keberhasilan.

BCA, misalnya, telah berhasil mengintegrasikan chatbot AI ke dalam layanan pelanggannya sambil tetap memberikan akses ke layanan pelanggan manusia untuk mempertahankan komunikasi yang hangat dan personal. Model hybrid ini menunjukkan bagaimana sentuhan manusia dan teknologi dapat berjalan beriringan.

Menatap Masa Depan

Perjalanan PR di era digital penuh dengan dinamika dan kesulitan. AI dan Metaverse bukan hanya teknologi; mereka juga mengubah paradigma komunikasi. Dunia PR Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan teknologi ini untuk membangun komunikasi yang efektif dan bermakna jika mereka kreatif, inovatif, dan jujur.

Untuk tetap menjadi penghubung penting antara organisasi dan masyarakat di masa depan yang semakin digital dan kompleks, Public Relations harus memiliki sikap yang ramah dan terbuka terhadap teknologi serta sikap kritis dan tanggung jawab, akan menjadi modal utama agar Public Relations tetap menjadi penghubung penting antara organisasi dan masyarakat.

Profil Penulis: 
Dr. Hilda Yunita Wono, S.I.Kom., M.Med.Kom., CIQaR, CCP

Title/Jabatan:
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Media Universitas Ciputra 

Email Penulis:
[email protected]

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Ulasan Penulis

BERITA TERBARU

Digital Public Relations dan Tantangan Komunikasi di Era AI dan Metaverse

Link berhasil disalin!