Menghadapi perubahan secara mendadak dapat menyebabkan rasa stres. Begitu juga dengan anak-anak yang saat ini harus lebih banyak berdiam diri di rumah. Padahal sebelum adanya wabah virus corona baru anak-anak terbiasa dengan rutinitas sekolah dan main bersama dengan teman-temannya.
Menurut psikiater anak dan remaja, dr Renvil Reynaldi, Sp. KJ (K), perubaham situasi ini memberikan dampak psikologis pada anak. Sebab hal-hal yang biasa dilakukan untuk sementara waktu harus dihentikan. Situasi ini dapat menyebabkan anak menjadi stres karena mereka harus berdiam diri di rumah dalam jangka waktu lama, aktivitas terganggu, dan merenggut kesempatan bereksplorasi dengan lingkungan.
Anak-anak tidak sama dengan orang dewasa. Ditekankan oleh dr Renvil, fungsi kognitif atau pemikiran anak belum sesempurna orang dewasa dan memiliki keterbatasan. Bila orang dewasa dihadapkan dalam situasi harus berdiam diri di dalam rumah dalam jangka waktu lama, mereka bisa lebih memahami karena sudah berpikir tentang dampak di masa sekarang dan masa depan.
“Jadi penting sekali sebagai orangtua perlu memahami, harus bisa, mampu berempati dengan anak. Anak-anak tadinya memiliki aktivitas di sekolah, ekstrakurikuler, bermain, berlibur dengan teman atau keluarga, sekarang tidak ada sama sekali,” ujar dr Renvil dalam siaran langsung di akun Instagram @andripsikosomatik, Senin (13/4/2020).
Cara orangtua berempati adalah mendengarkan curhatan anak. Minta anak mengungkapkan perasaannya, entah itu, jengkel, bosan, atau yang lainnya. Pada saat anak bercerita, orangtua perlu meresponsnya dengan baik. Jangan malah memarahi anak lantaran mereka memiliki perasaan-perasaan negatif selama berada di rumah saja.
“Respons dengan lebih baik. Ajak bicara anak satu dengan satu sehingga merasa lebih dihargai dan dimengerti,” kata dr Renvil.
Selain mendengarkan curhatan anak, orangtua juga perlu memberikan edukasi kepada anak tentang alasan mereka harus di rumah. Salah satunya untuk melindungi diri agar tidak terinfeksi virus corona baru. Tentu edukasi yang diberikan harus sesuai dengan tingkat pemahaman anak. Orangtua perlu menyesuaikan diri dengan cara mereka memberikan edukasi.
Kemudian, orangtua juga perlu mengingatkan anak bila selama berada di rumah saja bukan berarti mereka liburan. Anak tetap harus melakukan aktivitasnya seperti sedia kala. Terlebih guru sekolah juga memberikan materi pembelajaran dan tugas-tugas.
“Orangtua tetap harus mendorong agar anak melakukan kegiatan yang biasanya. Tekankan saat ini bukan liburan tapi sekolah dari rumah. Jadi konsekuensinya tugas-tugas tetap harus dikerjakan,” ucap dr Renvil.
Apabila anak tetap dilanda kebosanan dan memaksa orangtua untuk bermain di luar rumah, bisa disiasati dengan cara mengajaknya berkeliling komplek. Namun tetap memerhatikan aturan jaga jarak dan tidak terlalu lama berada di luar. Jangan biarkan anak bermain bersama teman-temannya.
“Orangtua temani anak jalan keliling komplek, tentunya dengan alat pelindung diri,” tandas dr Renvil.