Bulupitu adalah sebuah pegunungan yang terletak di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Konon, pegunungan ini dulunya adalah sebuah dataran yang ditumbuhi hutan lebat. Namun, ada sebuah kisah legenda yang menjadi asal muasal terjadinya pegunungan Bulupitu.
Menurut cerita yang beredar, dulu ada seorang ayah yang membuang anaknya yang sakit koreng ke dalam hutan. Sang anak, bernama Joko Sangkrib (nama dari Aroeng Binang I), hanya dibekali sebuah blangkon (kopiah tradisional) dan sebuah tongkat untuk membantunya berjalan.
Baca Juga: Nikmati Pemandangan Menakjubkan dari Bukit Wolobobo, Wisata Alam yang Terkenal di NTT
Setelah berjalan tanpa tujuan dari timur ke barat, Joko Sangkrib merasa lelah dan memutuskan untuk beristirahat. Ia tertidur dan saat bangun, ia berada di lereng sebuah pegunungan yang ditumbuhi pohon besar yang bercabang tujuh atau pitu, dalam bahasa Jawa.
Joko Sangkrip kemudian menamai tempat tersebut dengan nama Bulupitu. Konon, pegunungan ini terbentuk dari blangkon yang ditinggalkan oleh sang ayah dan tongkat yang dibawa oleh Joko Sangkrip yang berubah menjadi pohon besar yang bercabang tujuh.
Gunung Bulupitu sendiri ternyata sebagai tempat Keraton Para Lelembut yang sangat besar, di mana Dewi Nawangwulan, adik penguasa Laut Selatan, bertahta sebagai pemimpinnya. Konon, keraton yang sangat besar itu dapat dilihat oleh Joko Sangkrip.
Baca Juga: Kengerian Gerbong Maut Kereta Api Kuno di Museum Brawijaya, Ada Hantu Tahanan Penjajah?
Menurut legenda, Joko Sangkrip berhasil menikahi Dewi Nawangwulan setelah melewati berbagai macam ujian yang diberikan oleh kakak iparnya.
Salah satu ujian yang harus dilakukan adalah mendaki Gunung Bulupitu dan melalui 232 anak tangga untuk sampai di pintu gerbang kedua. Kemudian, Dewi Nawangwulan membuka pintu gerbang tersebut menggunakan kunci kajiman.
Setelah berhasil melewati ujian tersebut, Joko Sangkrip akhirnya diperbolehkan untuk menikahi Dewi Nawangwulan.
Meskipun cerita tentang Joko Sangkrip dan Dewi Nawangwulan mungkin hanya sebatas mitos atau legenda, namun mereka tetap menjadi bagian dari warisan budaya dan sejarah Indonesia yang unik.
Artikel Menarik Lainnya:
- Patung Brahma di Candi Prambanan: Mitos di Balik Jumlah Wajah yang Tak Terhitung
- Asal Usul Primbon Jawa: Dibuat dengan Proses yang Panjang, Tak Melulu Mitos
- 3 Alasan Mengapa Keris Dianggap Sebagai Benda Sakral, Benarkah Ada Penunggunya?
- Mengenal Sinden, Nyanyian Tradisional dari Jawa
- Mitos Jembatan Cirahong, Konon Sepasang Pengantin Dikubur Hidup-hidup untuk Jadi Tumbal
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.