Desakan agar pemerintah menurunkan harga tes dari PCR atau Polymerase Chain Reaction kini muncul, apalagi terdapat fakta harga tes PCR di India sangat jauh lebih terjangkau dibandingkan pada Indonesia. Jika pemerintah telah menentukan harga tes PCR Rp900 ribuan. Sedangkan di India, harga tes serupa hanya berkisar antara Rp90 ribu hingga Rp100 ribuan.
Melihat hal itu, kalangan penerbangan mengkritik soal harga tes swab PCR yang kadang lebih mahal dari harga tiket. Di tengah pandemi ini, hasil tes negatif COVID-19 kerap menjadi syarat untuk bepergian. Hanya untuk dunia penerbangan, biaya lebih membengkak karena ada kewajiban untuk tes PCR yang sangat mahal.
Di sisi lain, Koordinator Sekeber Serikat Karyawan di PT Garuda Indonesia, Tomy Tampatty mengatakan hagra tes PCR yang tinggi menjadi salah satu pertimbangan para penumpang pesawat. Terlebih, terdapat beberapa rute penerbangan yang lebih murah dibandingkan harga tes PCR. Karena itu, jumlah penumpang pesawat terus menurun.
"Hal ini menjadi salah satu penyebab menurunnya tingkat isian penumpang pesawat secara signifikan," ungkap Tomy dalam keterangan tertulis.
"Perlakuan ini terkesan ada diskriminasi, padahal sesungguhnya pengguna transportasi udara memiliki waktu tempuh yang jauh lebih singkat. Dan penumpang lebih nyaman karena kami telah menerapkan protokol kesehatan dan HEPA filter," lanjutnya.
Karena itu, Tomy pun meminta Mendagri Tito Karnavian untuk meninjau kembali aturan soal diwajibkannya penumpang pesawat untuk membawa tes negatif PCR. Dia juga berharap pemerintah libatkan pengamat penerbangan dalam membuat aturan penerbangan terutama terkait tes PCR.