Abel Camara Cerita Ada yang Meninggal di Ruang Ganti Arema saat Tragedi Kanjuruhan Pecah

- Minggu, 2 Oktober 2022 | 19:06 WIB
Salah satu pemain asing Arema FC Abel Camara bercerita momen menegangkan saat tragedi Kanjuruhan pecah. (Instagram/@abel_camara30)
Salah satu pemain asing Arema FC Abel Camara bercerita momen menegangkan saat tragedi Kanjuruhan pecah. (Instagram/@abel_camara30)

Abel Camara yang merupakan salah satu pemain asing milik Arema FC bercerita momen memilukan saat tragedi di Stadion Kanjuruhan pecah, usai laga melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam WIB, dalam lanjutan Liga 1 musim 2022/2023.

Pemain berusia 32 tahun tersebut mengungkapkan jika ada korban meninggal dunia di dalam ruang ganti Arema FC, saat tragedi Kanjuruhan pecah.

“Ini adalah derby yang sudah lama, dan selama seminggu sudah terasa di seluruh kota bahwa itu adalah pertandingan dengan lebih dari tiga poin. Mereka bilang ini adalah laga hidup dan mati, bahwa kami bisa kalah di setiap pertandingan kecuali yang ini,” ucap Camara, seperti Indozone sadur dari media Portugal, Mais Futebol, Minggu (2/10/2022).

“Ada ketegangan di udara. Setelah kami kalah, kami pergi untuk meminta maaf kepada para penggemar. Mereka mulai memanjat pagar, pembatas, lalu kami memutuskan untuk lari ke ruang ganti,” sambungnya.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Renggut Nyawa Ratusan Orang, LBH Sebut Ada 5 Pelanggaran Regulasi

Camara pun bercerita momen yang sangat menegangkan kala berada di ruang ganti Arema FC. Terlebih setelah pihak klub memutuskan untuk memasukan sejumlah korban tragedi Kanjuruhan ke dalam ruang ganti klub berjuluk Singo Edan tersebut.

“Sejak saat itu kami mulai mendengar teriakan, tembakan, orang saling dorong. Kami menampung orang-orang di dalam ruang ganti yang terkena gas air mata, dan meninggal tepat di depan kami. Kami memiliki sekitar tujuh atau delapan orang yang akhirnya meninggal di ruang ganti,” jelasnya.

Sebagai salah satu saksi mengerikannya tragedi Kanjuruhan, Camara mengakui bahwa dirinya merasa sangat terguncang. Bahkan, Camara menjelaskan jika skuad Arema FC harus menunggu hingga 4 jam usai laga untuk bisa meninggalkan stadion.

“Kami harus tinggal di sana selama empat jam sebelum mereka berhasil mendorong semua orang menjauh. Ketika kami pergi, ketika semuanya lebih tenang, ada darah, sepatu kets, pakaian di seluruh aula stadion,” ujar pemain berdarah Portugal itu.

Baca Juga: Komentari Tragedi Kanjuruhan, Presiden FIFA: Ini Kejadian yang Sangat Tragis!

“Ketika kami meninggalkan stadion dengan bus, ada mobil sipil dan polisi yang terbakar, tetapi kami memiliki perjalanan yang mulus ke pusat pelatihan kami, kami mengambil mobil dan pulang. Sekarang kami di rumah, menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi,” imbuhnya.

Kerusuhan ini disinyalir membuat 130 orang dinyatakan meninggal dunia. Ini pun menjadi tragedi sepak bola terburuk sepanjang sejarah di Indonesia.

Pihak PSSI melalui PT Liga Indonesia Bersatu (LIB) pun langsung merespons insiden ini dengan menghentikan sementara gelaran Liga 1 2022/2023. Selain itu, pihak PSSI juga akan menggelar investigasi insiden ini.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X