Studi: Remaja Melakukan Penyimpangan Seksual Berisiko Meningkat

- Sabtu, 21 September 2019 | 14:29 WIB
photo/Ilustrasi/Medical News Today
photo/Ilustrasi/Medical News Today

Hasil studi di Indonesia menunjukkan bahwa remaja yang telah melakukan penyimpangan perilaku seksual berisiko mengalami peningkatan. Hal itu disampaikan oleh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) dr Fazidah A Siregar MKes.PhD.

"Padahal, menjaga kesehatan reproduksi adalah penting terutama pada masa remaja dan ke depan sebagai calon-calon pemimpin bangsa," kata Fazidah, di depan pelajar SMA dan mahasiswa pada seminar 'Diseminasi Seks Education' merayakan Dies Natalis ke-67 USU, di Medan, Jumat (20/9).

Menurut dia, masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa dalam segala aspek biologis, psikologis maupun sosial. Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) tahun 1994 di Kairo, Mesir telah merumuskan hak-hak reproduksi bagi setiap manusia termasuk remaja.

"Belum terpenuhinya hak-hak reproduksi dapat menimbulkan masalah bagi remaja dan bahkan mengakibatkan kematian," kata Fazidah.

-
photo/usu.ac.id

Dia mengatakan dari hasil konferensi ICPD dan Deklarasi Tujuan Pembangunan Milenium (MGDs) tahun 2015 telah menetapkan minimal 90 persen dari jumlah remaja sudah harus mengetahui informasi tentang kesehatan produksi (kespro) dan seksual, serta hak-hak yang menyertainya.

"Peningkatan pengetahuan tentang kespro pada remaja melalui pendidikan formal dan nonformal," ujarnya.

Lebih lanjut, Fazidah menyatakan masa transisi ini sulit bagi remaja karena ada proses perubahan dalam tubuh, meliputi perubahan biologis terkait perubahan hormon dan hormon reproduksi. Perubahan psikologis pada remaja, kata dia, dipengaruhi oleh pergaulan lingkungan, dan menghadapi tekanan emosi serta sosial yang saling bertentangan.

Selan itu, pada masa kini remaja sering diliputi ketidaktahuan tentang perkembangan dirinya sendiri. Hal ini dapat menimbulkan problematika tersendiri seperti kurangnya pengetahuan tentang perubahan dalam diri terkait kesehatan reproduksi.

-
photo/Ilustrasi/spunout.ie

Kondisi minim informasi akan kesehatan reproduksi dan perkembangan emosi yang masih labil, membuat remaja dihadapkan pada kebiasaan yang tidak sehat. Di antaranya, seks bebas, merokok, minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan obat dan suntikan.

Adaptasi kebiasaan itu juga terjadi seiring perkembangan alat-alat reproduksi remaja yang mulai berfungsi. Pada akhirnya, itu akan mempercepat usia awal seksual aktif, serta mengantarkan mereka pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi.

"Kurangnya edukasi terkait kesehatan reproduksi pada remaja memicu terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, antara lain pernikahan usia muda, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, infeksi menular seksual, kekerasan seksual, dan lain-lain," kata Faziah.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X