Rumah mode mewah asal Prancis, Chanel pada Rabu dilaporkan kalah dalam pertarungan merek dagangnya dengan Huawei Technologies usai pengadilan top Eropa mengatakan logo mereka tidak mempunyai kesamaan satu sama lain.
Perselisihan merek dagang telah menggarisbawahi betapa merek-merek mewah dengan cemburu menjaga logo dan merek dagang khas mereka yang sering kali menggambarkan kemewahan, gaya, hingga eksklusivitas bagi jutaan orang di seluruh dunia.
Kasus ini terjadi pada 2017 ketika Huawei meminta persetujuan dari Kantor Kekayaan Intelektual UE (EUIPO), badan merek dagang, untuk mendaftarklan merek dagang perangkat keras komputernya yang miliki dua setengah lingkaran vertikal yang saling terikat.
Chanel sendiri memiliki pribadi keberatan, mengatakan bahwa desain itu mirip dengan logo Prancis terdaftar dari dua setengah lingkaran horizontal yang saling terkait milik Chanel yang digunakan di parfum, kosmetik, perhiasan kostum, barang-barang kulit dan pakaiannya.
Pada 2019, kantor merek menolak keberatan Chanel, dengan berkata tidak ada kesamaan dan kemungkinan kebingungan di benak publik. Dimana, Chanel menentang keputusan di Pengadilan Umum berbasis di Luksemburg, yang menolak banding dalam putusnya pada Rabu. Hal ini pun mendapatkan komentar dari majelis hakim.
“Tanda kiasan yang dipermasalahkan tidak serupa. Nilai itu harus dibandingkan saat dimohonkan dan didaftarkan, tanpa mengubah orientasinya, ”kata majelis hakim.
“Secara khusus, merek Chanel memiliki kurva yang lebih membulat, garis lebih tebal dan orientasi horizontal, sedangkan orientasi merek Huawei vertikal. Akibatnya, Pengadilan Umum menyimpulkan bahwa nilainya berbeda, ”katanya.
Keputusan itu dapat diajukan banding ke Pengadilan Uni Eropa, tertinggi di Eropa. Dengan kasusnya adalah T-44/20 Chanel v EUIPO - Huawei Technologies.
