WHO Bantah Klaim Dokter Virus Corona Melemah

- Rabu, 3 Juni 2020 | 11:37 WIB
Ilustrasi virus corona. (pixabay/Tumisu)
Ilustrasi virus corona. (pixabay/Tumisu)

Para ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sejumlah ilmuwan mengatakan, tak ada bukti bahwa virus corona melemah, seperti yang diungkapkan oleh dokter terkemuka Italia.

Sebelumnya, Profesor Alberto Zangrillo, kepala ICU di Rumah Sakit San Raffaele Italia di Lombardy pada Minggu (31/5/2020) mengatakan lewat stasiun TV pemerintah bahwa virus corona "secara klinis tidak ada lagi."

Namun ahli epidemiologi WHO, Maria Van Kerkhove, bersama sejumlah ahli virus dan penyakit menular lainnya menegaskan bahwa tak ada bukti ilmiah untuk mendukung pernyataan Alberto.

-
Ahli epidemiologi WHO, Maria Van Kerkhove. (REUTERS/Denis Balibouse)

Menurut mereka, tidak ada data yang menunjukkan virus itu berubah secara signifikan,  baik dalam bentuk transmisi atau tingkat keparahan penyakit yang disebabkan.

"Dalam hal penularan, itu tidak berubah, dalam tingkat keparahan, itu juga tidak berubah," kata Van Kerkhove kepada awak media.

Di sisi lain, Martin Hibberd, profesor penyakit menular di London School of Hygiene & Tropical Medicine mengatakan, studi yang dilakukan untuk melihat perubahan genetik virus SARS-CoV-2, penyebab corona tak mendukung gagasan bahwa virus itu melemah dengan cara apa pun.

-
Ilustrasi ibu dan anak memakai masker saat berada di luar rumah, demi mencegah penyebaran virus corona. (pexels/Gustavo Fring)

"Dengan data lebih dari 35.000 seluruh genom virus, saat ini tidak ada bukti bahwa terdapat perbedaan signifikan terkait tingkat keparahan," ujarnya.

Di lain pihak, Alberto mengklaim pernyataannya diperkuat oleh sebuah studi yang dilakukan sesama ilmuwan, Massimo Clementi, yang rencananya akan dirilis pekan depan.

Dilansir dari Reuters, Alberto mengatakan bahwa interaksi antara virus dan perantara mengalami perubahan.

"Kami tidak pernah mengatakan bahwa virus tersebut telah berubah, kami mengatakan bahwa interaksi antara virus dan perantara sudah pasti berubah," ujarnya.

Menurutnya, hal ini bisa disebabkan oleh karakteristik virus yang berbeda, yang katanya belum diidentifikasi, atau karakteristik berbeda pada mereka yang terinfeksi.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Zega

Rekomendasi

Terkini

X