Surat dakwaan Ferdy Sambo dkk dipublikasikan jelang persidangan kasus pembunuhan terhadap Brigadir Yosua atau Brigadir J. Dalan surat dakwaan tersebut, diceritakan terkait aduan Putri Candrawathi yang memicu kemarahan Sambo.
Dalam dakwaan itu disebut bahwa pada 8 Juli 2022, Ferdy Sambo sedang berada di Jakarta dan menerima telepon dari istrinya yakni Putri Candrawathi yang saat itu berada di Magelang. Dalam sambungan telepon, Putri disebut berbicara sambil menangis ke Sambo.
"Sambil menangis berbicara dengan terdakwa Ferdy Sambo bahwa korban Nofriansyah Yosua Hutabarat selaku ajudan terdakwa Ferdy Sambo yang ditugaskan untuk mengurus segala keperluan saksi Putri Candrawathi telah masuk ke kamar pribadi Putri dan melakukan perbuatan kurang ajar," tulis surat dakwaan di SIPP Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (13/10/2022).
Perbuatan kurang ajar itu sendiri tidak dibeberkan dengan detail mengenai tindakannya. Dalam sambungan telepon tersebut, Putri disebut-sebut meminta Sambo untuk diam dan tidak memberi tahu ajudan yang lain.
Baca Juga: Sidang Perdana 17 Oktober, Tim Kuasa Hukum Ferdy Sambo Belum Terima Salinan Dakwaan
"Putri berinisiatif meminta kepada terdakwa Ferdy Sambo untuk tidak menghubungi siapa-siapa dengan perkataan 'jangan hubungi ajudan' 'jangan hubungi yang lain' mengingat rumah di Magelang kecil dan takut ada orang lain yang mendengar cerita tersebut dan khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan mengingat korban Nofriansyah memilik senjata dan tubuh lebih besar dibanding ajudan lain yang saat itu mendampingi Putri," beber surat dakwaan.
Ferdy Sambo disebut menyetujui permintaan Putri kemudian disusul permintaan Putri yang meminta untuk pulang ke Jakarta.
Baca Juga: Kuasa Hukum Bharada E Targetkan Putusan Bebas di Sidang Brigadir J
Selain itu, surat dakwaan ini juga berisi terkait rentetan tragedi di Magelang hingga di rumah dinas di Duren Tiga, Jakarta Selatan.
