Kasus Positif Naik, Batuk dan Demam Jadi Gejala Dominan COVID-19 di Jakarta

- Sabtu, 15 April 2023 | 19:05 WIB
Ilustrasi orang batuk dan demam (Freepik/benzoix)
Ilustrasi orang batuk dan demam (Freepik/benzoix)

Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan, batuk dan demam masih menjadi gejala dominan yang paling banyak ditemukan pada pasien COVID-19 di Jakarta. Meski sudah ditemukan subvarian XBB.1.16 atau Arcturus.

Kasie Surveilans Imunisasi Dinkes DKI, Ngabila Salama mengatakan, varian Arcturus yang sudah terjadi sejak 27 Maret 2023 membuat angkat kasus positif naik.

"Adanya varian baru Omicron Arcturus yang sudah terjadi transmisi lokal di Jakarta sejak 27 Maret 2023 lalu, menyebabkan kenaikan kasus positif,” kata Ngabila, seperti dikutip dari ANTARA, Sabtu (15/4/2023).

Baca juga: Kabar Gembira! Indonesia Punya Obat Baru COVID-19 yang Diklaim Lebih Efektif

Berdasarkan persentase gejala kasus positif COVID-19 dari semua jenis varian yang dihimpun Dinkes di DKI Jakarta periode 19 Maret-14 April 2023, Ngabila membeberkan gejala batuk dialami oleh 34 persen pasien yang dirawat di rumah sakit.

Lalu, diikuti dengan demam 18 persen, nyeri tenggorokan 14,8 persen dan sakit kepala 11,2 persen.

-
Ilustrasi orang batuk dan demam (Freepik/benzoix)

Gejala lain yang turut dirasakan pasien adalah nyeri otot enam persen, malase 5,6 persen, nyeri abdomen dua persen, mual muntah 1,6 persen, menggigil 1,6 persen, sesak 1,6 persen, diare 1,6 persen, anosmia 1,2 persen, ageusia 0,8 persen.

Meski gejala yang diderita pasien tergolong ringan, namun Ngabila meminta masyarakat untuk segera divaksinasi booster agar imunitas tubuh tetap terjaga.

Baca juga: Kasus COVID-19 di Indonesia Nge-gas, Arcturus Jadi Penyebabnya? Ini Kata Kemenkes

Imbauan itu dikeluarkan mengingat DKI Jakarta saat ini sedang mengalami keterbatasan jumlah vaksin COVID-19. Misalnya seperti stok vaksin Pfizer yang kini tinggal sekitar 5.172 dosis di seluruh Jakarta.

Oleh karenanya, dengan stok vaksin yang tersisa Ngabila meminta masyarakat segera menghabiskannya dengan datang ke sentra vaksinasi terdekat seperti puskesmas karena pemberian vaksin sampai saat ini masih tidak dipungut biaya apapun.

“Sebaiknya masyarakat berpikir untuk mencegah sakit dengan lebih disiplin dalam mendapatkan vaksinasi, bermasker terutama jika sedang sakit, bertemu dengan orang sakit, atau berada di transportasi publik,” pintanya.

Lebih lanjut Ngabila memastikan, pihaknya akan memantau perkembangan pandemi COVID-19 di Jakarta dalam dua sampai empat pekan ke depan dengan ketat, agar penanganan pandemi khususnya di wilayah DKI Jakarta tetap bisa dikendalikan.

“Masyarakat jangan panik karena walau ada kenaikan kasus, kondisi di Jakarta sangat terkendali karena tidak disertai kenaikan angka perawatan di rumah sakit dan kematian,” ujarnya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X