Waspadai 6 Dampak Negatif Hipertensi Dalam Masa Kehamilan

- Kamis, 5 September 2019 | 18:49 WIB
Ilustrasi kehamilan. (Pexels/Negative Space)
Ilustrasi kehamilan. (Pexels/Negative Space)

Hipertensi merupakan suatu bentuk penyakit yang menakutkan bagi ibu hamil. Penyakit ini sangat rumit, bahkan berbahaya dan bisa menyebabkan masalah bagi ibu maupun janinnya.

Selama ini, hipertensi juga berisiko meningkatkan penyakit jantung dan strok. Nah, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi dalam kehamilan juga mungkin menjadi salah satu alasan mengapa perempuan juga lebih berisiko mengalami sakit ginjal.

Perempuan yang memiliki hipertensi dalam dua kehamilan, ditemukan tujuh kali lebih mungkin mengalami penyakit ginjal di masa mendatang, dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak pernah mengalami hipertensi.

Diagnosis terhadap hipertensi pada ibu hamil umumnya dibagi menjadi empat kategori, yakni sebagai berikut:

  • Hipertensi kronis yang sudah ada sejak sebelum hamil atau baru terdiagnosis pada usia kehamilan sebelum 20 minggu.
  • Preeklampsia-eklampsia, yaitu komplikasi kehamilan yang terjadi saat kehamilan memasuki usia 24 minggu ke atas. Jenis hipertensi ini dapat muncul tanpa riwayat sebelumnya.
  • Hipertensi kronis dengan superimposed preeclampsia, yaitu kondisi ketika seorang ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi kronis sebelumnya juga mengalami preeklampsia.
  • Hipertensi gestasional atau hipertensi yang hanya terjadi selama masa kehamilan. Tekanan darah kemudian akan turun kembali usai persalinan.

Hipertensi dalam kehamilan yang tidak ditangani dengan baik bisa membahayakan bayi dan ibunya. Berikut ini adalah berbagai dampak negatif hipertensi dalam masa kehamilan.

1. Aliran darah ke plasenta berkurang. 

Kondisi ini bisa membuat bayi dalam kandungan tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi.

2. Pertumbuhan janin terhambat. 

Kurangnya suplai oksigen dan nutrisi ke janin bisa menghambat proses pertumbuhan janin, menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah, atau lahir secara prematur.

3. Kelahiran prematur. 

Demi menyelamatkan nyawa kamu dan si kecil, kadang dokter akan menyarankan kelahiran bayi secara prematur. Caranya dengan jalan induksi atau operasi caesar. Hal ini dilakukan untuk mencegah eklamsia dan komplikasi lainnya.

4. Abrupsio plasenta. 

Ini adalah kondisi ketika plasenta terpisah dari dinding dalam rahim sebelum proses persalinan. Jika hal ini terjadi, plasenta kamu akan rusak. Kamu juga akan mengalami pendarahan yang hebat. Kedua hal ini bisa membahayakan nyawa kamu dan si kecil.

5. Bayi meninggal dalam kandungan. 

Kondisi ini bisa saja terjadi pada masa hamil lima bulan atau lebih. Bayi meninggal dalam kandungan karena tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan.

6. Berkembangnya penyakit kardiovaskular. 

Jika kamu sudah sampai pada tahap preeklamsia, maka kamu berisiko terkena penyakit kardiovaskular setelah melahirkan, khususnya jika kamu melahirkan bayi secara prematur. Namun, kamu bisa meminimalisasi risiko dengan menjalani gaya hidup sehat usai melahirkan.

Gejala-gejala hipertensi saat masa kehamilan meliputi:

  • Ditemukan protein berlebih dalam urin (proteinuria) atau tanda-tanda gangguan ginjal
  • Sakit kepala parah
  • Gangguan penglihatan, termasuk hilangnya fungsi penglihatan sementara, penglihatan kabur, atau sensitif terhadap cahaya
  • Nyeri perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk sebelah kanan
  • Mual atau muntah
  • Penurunan jumlah urin
  • Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia)
  • Gangguan fungsi hati
  • Sesak napas, yang disebabkan oleh adanya cairan di paru-paru

Hipertensi pada ibu hamil memang cukup banyak terjadi, tapi bukan berarti tidak bisa dicegah sama sekali. Dengan komitmen yang kuat dan dukungan dari lingkungan sekitar, tidak mustahil rasanya untuk memiliki masa kehamilan yang sehat tanpa hipertensi.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Terkini

X