Cuaca Panas Ekstrem Belakangan Ini, Waspadai Risiko 'Heat Stroke'

- Rabu, 23 Oktober 2019 | 16:22 WIB
photo/Ilustrasi/Spectrum Health Beat
photo/Ilustrasi/Spectrum Health Beat

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara siang hari di sejumlah daerah di Indonesia terasa lebih panas dari biasanya. Sejak 19 Oktober 2019, suhu maksimum dapat mencapai 37 derajat Celcius. 

Bahkan di Makassar, Sulawesi Selatan, suhu paling tinggi hingga 38 derajat Celcius. Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir, di mana pada periode Oktober di tahun 2018 tercatat suhu maksimum mencapai 37 derajat Celcius. Kondisi ini diperkirakan akan terus terjadi hingga beberapa waktu ke depan.

-
photo/Ilustrasi/CBN

Ternyata, cuaca panas yang dirasakan akhir-akhir ini bisa berdampak buruk pada kondisi kesehatan, mulai dari dehidrasi hingga risiko 'heat stroke'. Heat stroke merupakan kegagalan tubuh untuk melakukan pendinginan, baik dengan cara berkeringat atau penguapan dari kulit akibat suhu panas.

"Gangguan kesehatan yang paling sering terjadi dengan perbedaaan suhu dan kelembaban ini adalah terjadinya dehidrasi. Jika dehidrasi terus berlanjut disertai terpapar panas yang terus menerus maka akan berlanjut menjadi heat stroke, suatu gangguan kesehatan yang bisa berakibat kematian," kata akademisi sekaligus praktisi Prof Dr.dr.Ari Fahrial Syam, Rabu (23/10).

Kondisi heat stroke ini akan menyebabkan suhu tubuh naik sampai di atas 40 derajat Celsius disertai terjadinya penurunan kesadaran.

Kenali Tanda-Tanda Heat Stroke

-
photo/Ilustrasi/Spectrum Health Beat

Gejala awal 'heat stroke' seperti suhu permukaan tubuh bisa mencapai lebih dari 40 derajat Celcius, kemerahan pada kulit, keram otot, sakit kepala, dehidrasi parah, lelah tidak bersemangat, keringat yang berlebihan dan air seni yang berubah menjadi keruh dan kuning.

"Gejala dan tanda awal ini harus dikenali oleh masyarakat dalam mengantisipasi cuaca panas saat ini di kota-kota besar di Indonesia," kata Ari.

Mereka yang berisiko mengalami heat stroke di antaranya orang berusia lanjut dan mempunyai penyakit kronik (kencing manis, gangguan jantung dan paru).

-
photo/Ilustrasi/Pixabay

Selain suhu lingkungan yang ekstrem, spesialis penyakit dalam RS Pondok Indah, dr Muhammad Ikhsan Mokoagow, mengatakan heat stroke juga bisa dipicu oleh aktivitas fisik berat.

"Pada kondisi akibat suhu lingkungan yang tinggi, tubuh mungkin tidak berkeringat. Namun, pada kelelahan fisik yang berat justru akan berkeringat hebat karena tubuh berusaha mengeluarkan panas dari dalam. Bahayanya bisa terjadi kerusakan otot tubuh, kejang, gangguan fungsi ginjal, dan bahkan dapat berakibat kematian," kata Ikhsan.

Cara Menghindari Heat Stroke

-
photo/Ilustrasi/familydoctor.org

Untuk menghindari heat stroke, dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi air di saat udara panas ekstrem agar tidak mengalami dehidrasi yang akan memperburuk kesehatan. Selain itu, hindari minuman yang mengandung kafein seperti kopi, karena akan memperberat dehidrasi.

Selain itu, hindari paparan suhu lingkungan yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Jangan lupa, untuk memakai pelindung seperti topi atau payung saat beraktivitas di luar ruangan.

"Hindari juga aktivitas fisik berlebihan di saat panas lingkungan yang tinggi serta perbanyak banyak minum air termasuk yang mengandung elektrolit terutama bila tubuh berkeringat banyak," kata Ikhsan.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Terkini

X