Kematian Bukan Ketakutan Terbesar Manusia, Fakta atau Mitos?

- Rabu, 19 Februari 2020 | 18:25 WIB
Ilustrasi wanita bersedih. (Unsplash/Tess Emily Seymour)
Ilustrasi wanita bersedih. (Unsplash/Tess Emily Seymour)

Manusia sebagai ‘makhluk sosial’ ternyata sudah mendarah daging dalam diri kita semenjak zaman purba dimana proses evolusi dimulai. Sifat ini terbentuk melalui proses yang panjang dari generasi ke generasi.

Proses evolusi manusia diperkirakan sudah dimulai sejak jutaan tahun yang lalu dimana hewan purba besar masih menguasai bumi. Berdasarkan penemuan fosil dan peninggalan bersejarah lainnya, diketahui bahwa manusia dipaksa untuk hidup berkelompok demi bertahan hidup.

Ketika seseorang diusir atau diasingkan keluar dari kelompok, maka tidak lama kemudian ia akan mati karena kelaparan, tidak dapat melindungi diri dari predator, atau bahkan karena kesepian. Jadi, keuntungan hidup berkelompok pada zaman purba itulah yang membentuk manusia terbiasa hidup sebagai makhluk sosial hingga sekarang.

Sama halnya dengan kehidupan sosial saat ini dimana bagi sebagian besar orang, tanpa mereka sadari, alam bawah sadar mereka menanamkan rasa takut untuk menjadi unik, menonjol, dan berbeda dari orang-orang di sekelilingnya.

Ketakutan dinilai buruk, terasingkan dari lingkaran pertemanan, dan ketakutan hidup seorang diri ketika menjadi berbeda dari anggota sosial lainnya kerap kali merupakan faktor yang membatasi seseorang untuk berekspresi dan mengeluarkan potensi luar biasa yang sebenarnya terpendam dalam diri mereka.

Tak jarang kalau ketakutan ini dianggap lebih mengerikan dari kematian karena banyak kasus dimana public figure yang sedang berada di puncak karier mereka namun memutuskan untuk bunuh diri karena tidak tahan dengan tekanan mental yang dihadapi. Sebab ketika banyak mendapatkan pendapat negatif dari masyarakat, mereka menjadi mudah depresi karena merasa tidak memiliki siapa pun untuk berkeluh kesah dan memberikan mereka dukungan secara mental.

Jadi, demi mengatasi ketakutan untuk menjadi diri sendiri bukan dengan cara kita harus membatasi diri. Justru sebaliknya, kita harus mencari titik keseimbangan dimana kita terus menggali potensi diri agar menjadi yang terbaik, namun di satu sisi tetap rendah hati dan tidak sombong dengan orang-orang di sekitar kita.

Percaya diri, tetap ramah, dan tidak mempedulikan pendapat buruk yang tidak membangun adalah kunci untuk menghadapi ketakutan tersebut tanpa harus membatasi diri.

Lalu, apa ketakutan terbesar untukmu?


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X