Sejak Neil Armstrong mengambil satu langkah kecil ke Bulan, debu Bulan menjadi masalah yang memberatkan para astronot. Debu ini sulit dibersihkan karena menempel erat di pakaian antariksa.
Selain itu, debu Bulan mengandung zat berbahaya bila terhirup astronot. Karena itulah ilmuwan melakukan uji coba ‘Barbie Astronot’ untuk membersihkan debu Bulan.
Dikutip dari Live Science, para peneliti di Washington State University (WSU) sengaja mendandani Barbie dengan pakaian antariksa darurat yang terbuat dari material yang sama seperti NASA.
Tim kemudian meledakkan boneka Barbie dengan nitrogen cair untuk menguji seberapa baik cairan kriogenik dapat menghilangkan debu Bulan atau dalam hal ini abu vulkanik yang dikumpulkan dari letusan Gunung Saint Helens di dekatnya pada 1980, yang konsistensinya mirip debu Bulan.
Dari uji coba itu, mereka menemukan bahwa menyemprotkan boneka pakaian antariksa dengan nitrogen cair mampu menghilangkan lebih dari 98% pengganti debu Bulan. Tetapi sayangnya juga menyebabkan sedikit kerusakan pada bahan setelan mirip Kevlar.
Kendati begitu, uji coba ini menjadi solusi yang lebih baik daripada metode lama. Di mana para Astronot program Apollo menggunakan sikat untuk menggosok bahan yang sangat abrasif dari pakaian mereka setelah berjalan di Bulan, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas bahan tersebut.
Baca juga: Kata Astronot, Sampah Ruang Angkasa Lebih Mengerikan daripada Alien, Kenapa?
Bahaya Debu Bulan
Tidak hanya debu Bulan yang sangat lengket, para peneliti menyamakannya dengan membersihkan kotak tumpahan kacang kemasan bermuatan statis.
Baca juga: Penampakan Aurora di Luar Angkasa Diabadikan Astronot NASA, Super Cantik seperti Gak Nyata
Bersentuhan dengan debu Bulan bahkan dapat menyebabkan penyakit yang menyebabkan mata berair, sakit tenggorokan, dan bersin.
"Debu bulan ... bersifat abrasif, bermuatan listrik statis, dan tersebar di mana-mana. Ini dapat masuk ke dalam segel pada pakaian antariksa dan membuatnya tidak dapat digunakan, karena terlalu banyak debu menyebabkannya tidak tersegel dengan baik.”
“Ini juga dapat berdampak negatif pada paru-paru siapa pun yang menghirupnya, karena mirip dengan bernapas di tanah,” ungkap penulis utama Ian Wells.
Artikel Menarik Lainnya: