Melukis di atas kanvas atau kertas, itu udah biasa. Kalau melukis di atas air? Baru unik. Kedengarannya mustahil, tapi orang Turki udah mengenal teknik melukis ini, sejak ratusan tahun silam. Mereka menyebutnya Ebru.
Dalam seni Ebru, media yang digunakan adalah loyang berisi campuran air dan bahan pengental, untuk membuat warna-warna tetap mengambang di atas air. Seniman Ebru umumnya menggunakan getah tanaman dan cairan empedu sapi atau domba, sebagai pengental.
Sementara catnya dibuat dengan pigmen alami. Seperti bebatuan, tanah, logam, ekstraksi nila dan sayur-sayuran. Pigmen alami ini dicampur dengan air dan oxgall, yang berasal dari sekresi hati sapi atau domba. Oxgall mencegah warna tercampur satu sama lain.
Setelah satu atau dua bulan, cat yang engga larut dalam air dan engga mengandung minyak ini, siap digunakan. Warna yang paling umum dalam seni Ebru adalah hijau muda, merah dan kuning.
Teknik Ebru dimulai dengan memercikkan cat ke atas loyang, menggunakan sikat atau kuas dari rambut kuda tua. Kemudian membentuk pola lukisan dengan bantuan sikat tipis, paku, kawat atau tangkai mawar kering. Bisa juga dengan meniupnya secara langsung atau melalui sedotan.
Percikan cat menghasilkan pola unik, yang engga bisa diulang. Pola berubah setiap kali kita menambahkan warna atau bentuk baru ke permukaan air. Ada 12 desain yang umum dalam seni Ebru, antara lain bunga-bungaan, dedaunan, ornamen dan desain non-figuratif.
Hasil lukisan kemudian ditransfer pada selembar kertas. Caranya, dengan meletakkan kertas di atas lukisan, selama 5-10 menit. Angkat perlahan, Voila! Hasil lukisan berpindah ke atas kertas. Selanjutnya, kertas dijemur di bawah sinar matahari.
Ebru atau kertas marmer merupakan seni tradisional, yang tercipta abad ke-13. Namun mulai berkembang di Asia Tengah dan Wilayah Kekaisaran Ottoman, pada abad ke-15. Kala itu, Ebru digunakan untuk hiasan atau sampul dalam penjiilidan buku tradisional.
Ebru menyebar ke berbagai negara, yang kala itu dilewati Jalur Sutera. Abad ke-17, pelancong Eropa memperkenalkan Ebru di benua biru. Seni tradisional Turki ini berperan penting dalam revolusi percetakan Eropa. Ebru digunakan untuk sampul buku, penjilid buku juga kaligrafi.
Tahun 2014, seni Ebru dimasukkan dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan UNESCO. Saat ini Ebru dibuat untuk dekorasi, dalam bentuk lukisan, bingkai foto, kap lampu bahkan label wine.
Artikel Menarik Lainnya:
- Mengejutkan! WNI Ungkap Sisi Lain Amerika, Banyak Tunawisma Hidup di Dekat Kantor Presiden
- Belajar Meracik Teh Bunga Kering ala Bangsawan Jepang di Walini By Me: Hangat dan Sehat
- Keren! Warga Indonesia Menjadi Volunteer Piala Dunia 2022 Qatar, Intip Proses Pelatihannya
- Pernikahan Unik di Ponorogo: Pengantin Mengibarkan Bendera Merah Putih, Nasionalis Banget!
- Resep Fettucini Biru, Inovasi Sajian Unik untuk Penggemar Pasta, Rasanya Khas Italia!
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.