Vaksin COVID-19 buatan Johnson & Johnson bekerja dengan baik di Afrika Selatan, berhasil tawarkan perlindungan pada penyakit parah serta kematian. Ini diungkapkan oleh salah satu kepala uji coba di negara itu.
Vaksin J&J diberikan kepada petugas kesehatan dimulai dari pertengahan Februari dalam sebuah studi penelitian, yang selesai pada Mei, dengan 477.234 petugas kesehatan divkasinasi. Hal ini pun diungkapkan oleh pemimpin penyelidik gabungan Glenda Gray dalam konferensi pers.
Dr. Gray mengatakan vaksin J&J sekali pakai ini tawarkan 91-96,2 persen perlindungan di kematian, sementara menawarkan 67% kemanjuran pada infeksi ketika varian virus corona Beta mendominasi dan sekitar 71% ketika varian Delta mendominasi.
"Secara konsisten setelah menerima vaksin, sangat sedikit kematian yang terjadi pada kelompok yang divaksinasi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan menunjukkan perlindungan yang luar biasa hingga 96,2 persen terhadap kematian," kata Dr Gray.
"Ini adalah titik akhir utama kami dan kami dapat mengatakan bahwa vaksin ini melindungi petugas kesehatan dari kematian," lanjutnya.
Kampanye vaksinasi di Afrika Selaan dimulai dengan goyah pada Februari setelah pemerintah hentikan vaksinasi AstraZeneca karena percobaan kecil itu menawarkan perlindungan minimal pada penyakit ringan hingga sedang yang disebabkan oleh varian Beta.
Vaksinasi kini telah meningkat, dengan lebihdari 8,3 juta orang divaksinasi pada hari Kamis. Tak hanya itu, Menteri Kesheatan yang baru diangkat yaitu Joe Phaahla berkatai pada pengarahan yang sama bahwa pemerintah berencana untuk mulai pakai vaksin yang disetujui oleh regulator, termasuk dengan Sinovac.
