Kota Bagansiapiapi, Rokan Hilir, Provinsi Riau masih menyimpan bangunan tertua sejak era Belanda. Salah satunya bangunan tinggi yang ada di Jalan Merdeka, Bagansiapiapi.
Bangunan tua itu ternyata dulunya dikenal sebagai dengan nama De Visscherij Bank 'Bagan Madjoe' yang didirikan Kolonial Belanda sekitar 1917. Hal itu tak terlepas dari masa keemasan industri perikanan di Bagansiapiapi kurun waktu akhir tahun 1800 an-1930. Bahkan surat kabar 'De Indische Mercuur' sempat menulis, Bagansiapiapi adalah kota penghasil ikan terbesar kedua pada tahun 1928 setelah Kota Bergen, Norwegia.
Pada waktu itu ikan dan udang di Sungai Rokan melimpah. Industri galangan kapal juga ramai. Sehingga untuk menunjang perekonomian, pemerintahan Belanda membentuk bank di Bagansiapiapi.
Keberadaan bank itu juga menghindarkan masyarakat dari godaan lintah darat. De Visscherij Bank 'Bagan Madjoe' pada waktu itu memberikan pinjaman dengan suku bunga yang rendah.
Seterusnya seiring jumlah kekayaan laut di Bagansiapiapi meredup akibat pendangkalan di Sungai Rokan, perlahan peran Bagansiapiapi memudar. 'Bagan Madjoe' kemudian menjadi BRI (Bank Rakyat Indonesia).
'Bagan Madjoe' pun menjadi BRI nomor 2 tertua di Indonesia, setelah cabang Bank BRI paling tua di Purwokerto, Jawa Tengah yang didirikan pada Desember 1895 oleh Raden Bei Aria Wirjaatmaja dengan nama Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden.
Syawal, seorang warga dan pegawai di Pemerintahan Kabupaten Rohil menyebut bekas bangunan Bank 'Bagan Madjoe' itu kini sudah difungsikan sebagai rumah dinas Kepala Cabang BRI Bagansiapiapi.
"Untuk operasional BRI-nya tepat di depan bangunan itu. Tapi masih banyak yang tidak tahu bahwa bangunan arsitektur jadul itu sudah ada sejak 1917 di Bagansiapiapi," kata Syawal kepada Tim Z Creators, Riki Ariyanto.
Untuk melihat bangunan BRI zaman Belanda ini, dari Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, kamu bisa langsung menuju Kota Bagansiapiapi lewat jalur darat.
Kalau lewat jalan tol memakan waktu sekitar 3-4 jam perjalanan.
Artikel menarik lainnya:
