Di tengah lingkungan perumahan yang tenang di pinggiran Kyoto, Jepang, adalah bukit setinggi 30 kaki yang tertutup rumput di dalamnya terkubur sekitar 38.000 hidung pria, wanita dan anak-anak yang dibantai selama invasi Jepang ke Korea selama akhir abad ke-16.
Selama berabad-abad Bukit Mimizuka telah menjadi situs ziarah bagi orang Korea yang bepergian ke Jepang. Kuil ini awalnya dikenal sebagai hanazuka, atau "gundukan hidung".
Baca Juga: 6 Negara yang Tak Diundang dalam Pemakaman Ratu Elizabeth II, Rusia di Barisan Pertama
Tetapi, beberapa dekade kemudian beberapa orang menganggapnya terlalu kejam, dan mengubah namanya menjadi mimizuka, yang berarti "gundukan telinga".
Pada masa perang dunia, para pejuang sering memenggal kepala musuh yang mereka bunuh sebagai bukti pembunuhan mereka. Kepala-kepala itu diasinkan, dikemas dalam tong dan dikirim kembali ke Jepang, di mana mereka dihitung dan para jenderal diberi hadiah sesuai dengan jumlah musuh yang telah dibunuh pasukan mereka.
Baca Juga: Sopir Truk Ini Ngaku Nyasar ke Pemakaman, Bermula dari Tumpangi Dua Gadis Cantik
Saat invasi berlangsung, jumlah kepala pasukan yang dikirim kembali dari medan perang menjadi tidak mungkin untuk dikendalikan. Akhirnya, diputuskan bahwa hanya hidung yang akan dikumpulkan. Pasukan musuh masih dipenggal, tetapi hanya hidungnya yang dipotong dan dikirim kembali ke Jepang.
Hidung yang dikirim ke Jepang dimakamkan terutama di dua tempat Kyoto dan Okayama. Di Kyoto, Hideyoshi memerintahkan irisan hidung untuk dikubur di halaman Kuil Hokoji dan sebuah kuil yang akan dibangun di atas gundukan pemakaman.
Baca Juga: Video Ritual 'Pemakaman Langit' di Tibet: Jasad Manusia Dipotong dan Jadi Makanan Burung
Sejarah inilah yang membuat bangunan Mimizuka sekarang ini memiliki wujud yang unik sekaligus seram karena menjadi pemakaman yang hanya berisikan hidung dan telinga.
Penulis: Jihan Rienita