Blok M yang berada di Jakarta Selatan pada era 1980-1990-an adalah kawasan hits anak muda Jakarta. Sebutan anak Jaksel sudah melekat sejak dulu dengan kemewahan kala itu. Enggak heran jika banyak pusat-pusat keramaian di bangun di kawasan ini.
Sebut saja Pasaraya yang dibangun oleh mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi era Soeharto yaitu Abdul Latief pada 1981. Lalu tempat nongkrong anak gaul bermain roller skate di Happy Day dan Lipstick. Bahkan KFC pertama buka di Jalan Melawai Blok M.
Kehebohan Blok M di masa jayanya sampai diangkat menjadi judul film. Tapi kondisi Blok M sekarang berbanding terbalik. Kawasan Blok M seakan hidup segan mati tak mau. Pertokoan di bawah terminal Blok M yang dikenal dengan Mall Blok M makin tergerus zaman.
Mall Blok M yang diresmikan Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto pada 1992, kondisinya kini sepi dan toko-toko banyak yang tutup. Di masa kejayaannya Mall Blok M begitu ramai karena yang dijual di sini beraneka rupa dan harganya lebih merakyat dibandingkan Blok M Plaza, Melawai Plaza ataupun Pasaraya.
Keadaan terminal Blok M pun juga terlihat lengang. Enggak seperti beberapa tahun lalu begitu padatnya bis, Metromini, serta Kopaja yang memenuhi terminal. Hilangnya armada Kopaja dan Metromini akibat penghapusan moda transportasi ini dan diganti dengan Minitrans turut membuat terminal Blok M seperti kuburan.
Blok M yang berasal dari penamaan blok-blok yang ada di daerah ini merupakan komplek perumahan. Kawasan ini pernah menjadi potret kehidupan sosial remaja Ibu Kota. Selain pandemi Covid-19 yang menggerus berbagai aspek, kehadiran aplikasi belanja online dan banyak tempat hangout baru turut andil dalam kemunduran pesona Blok M.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini.
