Menggunakan snorkel dan sarung tangan pelindung, Pariama Hutasoit menyelam ke perairan jernih di pulau Bali untuk mengambil plastik "bintang karang" yang dipasang oleh kelompok koservasionis untuk mendorong pertumbuhan karang baru.
Dilansir dari Reuters, Yayasan Nusa Dua telah memasang hampir 6.000 bintang karang dengan struktur baja berbentuk heksagonal dengan diameter sekitar satu meter.
Bintang Karang tersebut menjembatani celah di terumbu karang tempat karang mati untuk mendukung pertumbuhan kembali.
"Kami akan terus memasang sekitar 5.000 bintang karang selama lima tahun ke depan," kata Hutasoit.
"Kedepannya jika memungkinkan, kami juga ingin melakukan ekspansi ke luar Bali untuk melakukan restorasi terumbu karang," tambahnya.
Kepulauan Indonesia menampung lebih dari 75% spesies karang dunia. Banyak diantaranya menghadapi erosi dan pemutihan setiap, menurut Insiatif Segitiga Karang, sebuah proyek restoran karang transnasional.
Hanya lebih dari setengah terumbu karang Bali yang dianggap dalam kondisi 'baik' dengan 30% dalam kondisi 'buruk' dan sisanya 15% dalam kondisi 'sangat buruk', menurut laporan tahun 2018 oleh Departemen Kelautan dan Perikanan Bali.
Kerusakan karang tidak lepas dari aktivitas manusia, termasuk penangkapan ikan yang merusak, pemanasan global, dan gelombang besar.
I Nyoman Sadnya, seorang nelayan setempat mengatakan bahwa orang tuanya telah menambah karang dari pulau karang selama beberapa dekade, namun tidak menyadari dampak jangka panjang yang dapat merusak.
karang yang populer digunakan untuk pondasi rumah dan hiasan menjadi sumber pendapatan orang tuanya.
"Dengan melihat kondisi terumbu karang saat ini, kami menyadari bahwa apa yang kami lakukan adalah salah," katanya.