INDOZONE.ID - Pada hari Senin, (6/2/2023), Elon Musk mencurahkan isi hatinya yang harus menyelamatkan Twitter dari kebangkrutan, sembari tetap fokus dengan perusahaan lain miliknya, yaitu Tesla dan SpaceX.
Curahan hatinya itu pun menuai banyak simpatik dari para pengguna Twitter, termasuk public figure dan menjadi bahan perbincangan yang menarik di media sosial.
Baca Juga: Twitter Blue Rilis di Android, Dibanderol Rp166 Ribu: Tertarik Berlangganan?
Melalui akun Twitter resminya, Elon Musk mengatakan,
"3 bulan terakhir sangat sulit, karena harus menyelamatkan Twitter dari kebangkrutan, sambil memenuhi tugas-tugas penting Tesla & SpaceX," tulis Musk.
Lebih lanjut, sang miliarder tidak ingin 'rasa sakitnya' itu menimpa siapa pun dan Twitter masih memiliki tantangan yang siap menghadang.
Last 3 months were extremely tough, as had to save Twitter from bankruptcy, while fulfilling essential Tesla & SpaceX duties. Wouldn’t wish that pain on anyone.
Twitter still has challenges, but is now trending to breakeven if we keep at it. Public support is much appreciated!— Elon Musk (@elonmusk) February 5, 2023
Ia pun menyebut Twitter selangkah lagi untuk bisa balik modal, namun tetap butuh dukungan dari publik dan Elon Musk akan menghargai setiap dukungan yang masuk untuk Twitter.
"Saya tidak ingin rasa sakit itu menimpa siapa pun. Twitter masih memiliki tantangan, tetapi sekarang cenderung mencapai titik impas (balik modal) jika kita terus melakukannya. Dukungan publik sangat dihargai," sambungnya.
Dalam tweet yang berbeda, Musk menambahkan bahwa meskipun mereka telah memperbaiki masalah kecil, namun sesuatu yang 'mendasar' belum terungkap. Ia berjanji akan segera membereskannya.
"Kami telah menemukan & mengoreksi beberapa masalah yang lebih kecil, tetapi ada sesuatu yang mendasar yang belum kami temukan. Prioritas utama untuk Twitter minggu ini." pungkasnya.

Baca Juga: Elon Musk Bocorkan Jumlah Karyawan Twitter yang Tersisa, Semula 7.500 Jadi...
Sejak mengakuisisi Twitter pada akhir tahun 2022 lalu, Elon Musk memang langsung melakukan aksi yang dinilai cukup keji, yaitu memecat beberapa eksekutif puncak perusahaan, termasuk mantan CEO Parag Agarwal dan ribuan karyawannya.
Hal itu terpaksa ia lakukan untuk menyelamatkan platform besutan Jack Dorsey itu dari kebangkrutan, karena pendapatannya tidak sebanding dengan pengeluaran perusahaan yang begitu deras.