Tontowi Ahmad Sayangkan Regenerasi Ganda Campuran Indonesia Gak Berjalan Mulus

- Sabtu, 22 Oktober 2022 | 22:20 WIB
Legenda Bulu Tangkis Indonesia, Tontowi Ahmad (PBSI)
Legenda Bulu Tangkis Indonesia, Tontowi Ahmad (PBSI)

Legenda bulu tangkis Tanah Air, Tontowi Ahmad, menyoroti regenerasi di sektor ganda campuran Indonesia. Sebagai mantan pemain yang bertanding di nomor tersebut, Tontowi menilai jarak level pemain Indonesia sekarang di ganda campuran cukup jauh tertinggal.

Indonesia saat ini belum lagi memiliki ganda campuran yang dapat diandalkan pada berbagai turnamen internasional maupun super series level atas BWF.

"Yang kurang dari ganda campuran sekarang adalah dari regenerasinya menurut saya. Jadi, sewaktu saya sama Butet (sapaan akrab Liliyana Natsir) misalnya, saya waktu itu nomor satu, seharusnya estafetnya ke peringkat kedua atau ketiga Indonesia," kata Tontowi, dikutip dari Antara.

"Tetapi, sekarang berbeda. Tongkat estafet jatuh ke ke nomor empat atau lima, sementara negara lain pemainnya masih sama,” kata Tontowi menambahkan.

Setelah Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad pensiun, Indonesia sebetulnya masih mempunyai Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti yang kini berada di posisi ke-5 dunia, dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja (23) sebagai penggantinya.

Baca Juga: Eks Pelatih Yakin Praveen/Melati Masih Punya Kans Tampil di Olimpiade Paris

Praveen/Melati menjadi satu-satunya pasangan ganda campuran Indonesia—setelah pensiunnya Liliyana/Tontowi— yang bisa menyumbang gelar di turnamen besar saat memenangi All England 2020. Namun setelah itu, prestasi ganda campuran Indonesia terjun bebas, tak ada satu pun gelar yang berhasil diraih.

Sayangnya, dua pasangan tersebut kini sudah terdegradasi dari Pelatnas PBSI sehingga ganda campuran senior pelatnas saat ini diisi oleh Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari yang kini duduk di peringkat ke-15, Adnan Maulana/Mychelle Crhystine Bandaso (29) dan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati (30).

Kondisi tersebut membuat ganda campuran Indonesia yang ada di pelatnas saat ini memikul beban yang berat dan tidak sesuai. Mereka mendadak menjadi pasangan nomor satu pelatnas di saat seharusnya masih menjadi pemain pelapis. Tak jarang, mereka juga dituntut menang saat melawan pasangan-pasangan level atas dan jauh lebih berpengalaman.

“Contohnya di China, Zhang Nan/Zhao Yun Lei turunnya ke Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong. Dari Thailand sudah ada (Dechapol/Sapsiree). Jadi, nomor satunya mereka sudah bertemu dengan nomor tiga kita."

Baca Juga: Momen Apriyani Rahayu Headshot Pemain Jepang, Langsung Minta Maaf

"Jadi kalau bertemu dengan nomor satu negara lain, kita masih tertinggal. Pesan saya buat adik-adik, bukan saya menjelekkan. Mereka harus lebih bekerja keras. Target kita ini mengejar mereka," tutur Tontowi.

“Harusnya ganda campuran nomor tiga nasional harus bisa stabil mulai sekarang. Tetapi, peringkat kedua dan ketiga nasional sudah hilang. Jadi, yang ada (nasional) nomor empat harus ada di peringkat satu nasional sehingga ada gap di situ mau tidak mau." pungkas pria asal Banyumas itu.

Artikel Menarik Lainnya:

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X