Tak Jualan Selama Masa PSBB, Pebisnis Mobil Bekas Minta Diperhatikan Pemerintah

- Sabtu, 23 Mei 2020 | 19:10 WIB
Deretan mobil bekas di Bursa mobil WTC Mangga Dua (Dok.Istimewa)
Deretan mobil bekas di Bursa mobil WTC Mangga Dua (Dok.Istimewa)

Penjualan mobil bekas atau mobil second pada Maret hingga Mei 2020 yang berkenaan dengan penyebaran virus corona (Covid-19) di Tanah Air mengalami penurunan signifikan.

Meskipun demikian para pemain mobil bekas tak bisa mengungkapkan data pastinya penjualan mobil bekas, karena selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tidak ada showroom mobil bekas yang buka.

Hal ini diungkapkan oleh Manajer Senior Bursa Mobkas WTC Mangga Dua Herjanto Kosasih. Menurutnya sampai saat ini pihaknya tidak bisa mendeteksi berapa besar penurunan penjualan selama masa PSBB yang mulai berlaku pada Maret lalu hingga saat ini.

"Kita lagi PSBB jadi tutup. Kita nggak bisa ngomong by data. Karena kita tutup maka kita gak punya data soal itu. Kalau pun secara online kita gak bisa deteksi. Kalau misalnya kita buka kan banyak mekanisme yang bisa kita pakai sebagai data," katanya saat dihubungi Indozone, Sabtu (23/5/2020)

Kosasih menambahkan, penjualan dan pembelian mobil bekas dari dealer dan individu hampir tidak terjadi karena orang melakukan saving money untuk kebutuhan yang lebih urgen di tengah pandemi Covid-19 ini.

Meskipun demikian mereka tetap bertahan dan menunggu agar masa PSBB segera berakhir sehingga aktivitas ekonomi kembali berjalan.

"Saat ini kami hanya menunggu agar PSBB segera selesai dan bisnis bisa kembali berjalan," tukasnya

Ia memprediksi jika semuanya kembali berjalan di Juni ini, maka Juli dan Agustus akan menjadi puncak tren kenaikan penjualan mobil bekas karena ekonomi yang kembali bergeliat dapat membangkitkan pasar secara bertahap.

Selain itu, ia berpendapat sebenarnya untuk showroom mobil bekas atau pemain mobil lainnya bisa diberika kelonggaran dalam menjalankan bisnisnya karena pengunjung mobil relatif kecil sehingga protap physical distancing, penggunaan masker dan alat pelindung lainnya mudah dikontrol.

"Sebenarnya orang bisnis mobil kan gak ada banyak pengunjung. Yang datang sedikit sekali. Coba yang biasa beli mobil, datang ke showroom berapa orang. Paling dua orang. atau maksimal tiga orang. Ini sangat sedikit dibandingkan di mal di pusat perbelanjaan lain. itu membahayakan karena sosial distancingnya sulit diterapkan. Ini kan tidak," ujarnya.

Ia meminta agar stakeholder memerhatikan dan mempertimbangkan hal ini karena multiplier effect sangat besar di bisnis mobil. Kurang lebih sejuta orang terlibat dalam bisnis tersebut sehingga kondisi saat ini sangat sulit bagi mereka.

"Tidak semua harus PSBB atau perlu ditambah. Jangan cuman 11 item. Tambah lagi beberapa item. Kalau kita hitung dari muliplier effect-nya di masyarakat secara luas. Di Jakarta, bisnis mobil ini hampir sekitar satu juta orang terlibat di dalamnya. Bagaimana kehidupan dan keluarga mereka," tukasnya.

Ia berharap semua masa sulit ini dapat berangsur-angsur pulih sehingga akan memberikan dampak positif dengan bergeraknya semua lini ekonomi termasuk bisnis mobil sehingga penjualannya kembali berjalan normal sesuai dengan yang diharapkan.

Artikel Menarik Lainnya:

 

Halaman:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

X