Membatik Jadi Salah Satu Terapi Penyembuhan Pasien di RSJ Magelang

- Kamis, 3 Oktober 2019 | 10:36 WIB
 ANTARA FOTO/Anis Efizudin
ANTARA FOTO/Anis Efizudin

Indonesia baru saja merayakan Hari Batik Nasional yang jatuh pada Rabu (02/10/19). Di hari ini banyak orang yang menggunakan pakaian batik untuk ikut merayakannya.

Batik sendiri telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi, tepatnya pada tanggal 02 Oktober 2009. Kini, batik menjadi salah satu ciri khas dari Indonesia yang dikenal hingga ke mancanegara.

-
ANTARA News/Heru Suyitno

Selain sebagai warisan budaya dan ciri khas Indonesia, taukah kamu jika cara membuat batik juga digunakan sebagai salah satu bekal keterampilan bagi pasien yang mengalami gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof. dr. Soerojo Magelang, Jawa Tengah. Di rumah sakit ini, membatik juga menjadi program terapi di unit rehabilitasi.

"Rehabilitasi ini secara umum merupakan bagian dari terapi kejiwaan. Rehabilitasi ini fungsinya untuk mengembalikan kondisi agar yang dipunyai tidak hilang sama sekali," ujar Koordinator Pelayanan dan Mutu RSJ Prof dr Soerojo, Yulianto.

-
ANTARA FOTO/Anis Efizudin

Dilansir dari ANTARA, Yulianto mengatakan bahwa membatik dipilih karena keberadaan batik sendiri sebagai warisan budaya yang harus terus dilestarikan. Ia juga menambahkan jika kehadiran batik di RSJ tersebut sudah ada sejak zaman Belanda. Tidak hanya membatik, pasien di RSJ ini juga diajarkan berbagai macam keterampilan, seperti menyablon, pertanian, menjahit, membuat suvenir, dan tata boga.

"Pasien setelah rawat inap kondisinya memang cukup stabil, tenang, terus bisa siap dibimbing dan nanti oleh psikolog akan diseleksi sesuai dengan minat dan bakatnya," ujar Yulianto.

Prof dr Soerojo Magelang Nur Dwi Esthi selaku Direktur Medik dan Keperawatan RSJ mengatakan bahwa orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tidak hanya menjalani terapi dengan obat saja, tetapi juga pengembalian fungsi dari kelima penyebab ODGJ. Penyebab ODGJ sendiri menurut Soerojo terdiri dari berbagai faktor, yakni biologi, psikologi, sosial, kultural, dan spiritual.

-
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

 

"Penyembuhan ODGJ tidak hanya melulu dengan pengobatan, tetapi dari kelima faktor tersebut harus mendapatkan intervensi. Oleh karena itu, penyembuhan pasien ODGJ pastinya setelah di RSJ ini dilakukan rawat inap dinyatakan baik dan boleh dibawa pulang tidak berhenti di situ, tetapi harus mengembalikan fungsi-fungsi, termasuk fungsi sosial, kultural, spiritual dan sebagainya," ungkapnya.

Tidak hanya itu, Soerojo juga menjelaskan penyembuhan ODGJ juga dilakukan dengan mengembalikan kualitas hidup. Ini dimulai dari mengurus dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan ODGJ yang menjalani rawat inap pasti mengalami kemunduran sehingga harus dipulihkan. Untuk itu pasien yang telah menjalani rawat inap harus disambung denganrehabilitasi. Soerojo mengatakan, dengan memberikan keterampilan membatik dan kegiatan lainnya dapat mengembalikan fungsi dan perannya seperti saat mereka belum mengalami gangguan jiwa.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X