Membedah Kerentanan Palestina dan Strategi Israel

- Senin, 17 Mei 2021 | 10:43 WIB
Api dan asap muncul selama serangan udara Israel di tengah meningkat nya kekerasan Israel-Palestina, di Jalur Gaza selatan, Selasa (11/5/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
Api dan asap muncul selama serangan udara Israel di tengah meningkat nya kekerasan Israel-Palestina, di Jalur Gaza selatan, Selasa (11/5/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)

Memahami konflik dengan kekerasan yang terus menerus terjadi antara Palestina dan Israel, sangatlah penting untuk membedahnya dari sudut pandang strategi, khususnya strategi yang dipakai Israel sehingga terlihat mendominasi dibanding Palestina.

Analis konflik dan keamanan, Alto Labetubun menjelaskan, perlu dipisahkan antara strategi dan narasi-narasi yang selama ini sudah sering dibahas, di antaranya adalah narasi perebutan lahan dan penjajahan, narasi teologis, narasi penderitaan. 

"Bukan berarti narasi-narasi tersebut tidak penting, akan tetapi dalam melihat strategi, narasi-narasi tersebut tidak diikutsertakan," tutur Alto kepada Indozone, Senin (17/5/2021).

Alto pun membagi pembahasan dalam 4 hal terkait konflik Palestina vs Israel yang berkepanjangan.

1. Strategi stabilitas kawasan

-
Warga Palestina berdoa di depan Kubah Batu di Laylat al-Qadr selama bulan suci Ramadan, di kompleks yang menampung Masjid Al-Aqsa, yang dikenal oleh Muslim sebagai Tempat Suci dan bagi orang Yahudi sebagai Temple Mount, di Kota Tua Yerusalem, Sabtu (8/5/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Ammar)

Menurut Alto, Israel memahami bahwa stabilitas kawasan adalah investasi yang sangat penting dan berimplikasi pada kepentingan nasional negara-negara kawasan Timur Tengah maupun negara-negara investor. 

Oleh karena itu, maka Israel semaksimal mungkin memposisikan dirinya sebagai partner strategis yang bisa dipercaya menjaga stabilitas kawasan karena mempraktikan prinsip-prinsip demokrasi khususnya kepastian hukum, transparansi dan akuntabilitas, sehingga "investasi pertemanan" dengan Israel itu jauh lebih terjamin karena ada kepastian tadi. 

"Hal ini berbeda dengan model pemerintahan autokrasi di kawasan yang rentan akan perubahan karena memang basisnya adalah pemerintahan berdasarkan suku/keluarga. Ada simbiosis mutualisme stabilitas dan ekonomi antara Israel dengan negara-negara kawasan dan juga dengan negara-negara investor," urai dia.

Alto menilai, hal ini tidak dimiliki oleh Palestina sekarang. Kondisi pemerintahan Palestina yang tidak solid dan terdiri dari banyak faksi yang masing-masing merasa berhak mengatasnamakan Palestina dan hampir tidak satu komando, bahkan punya sayap-sayap bersenjata sendiri-sendiri. 

"Fragmentasi kekuasaan di Palestina adalah kerentanan yang mampu dieksploitasi oleh Israel dalam strateginya," tegas dia.

2. Penetrasi diplomasi bilateral

-
Warga Palestina memberikan dokumen mereka kepada anggota polisi perbatasan Israel saat mereka berjalan melalui pos pemeriksaan Qalandia Israel untuk menghadiri Salat Jumat pertama bulan Ramadan di masjid Al-Aqsa Yerusalem (16/4/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Mohamad Torokman)

Alto menjelaskan, Israel sangat mengerti, jika konfliknya dengan Palestina ditarik ke ranah agama, maka otomatis mereka akan kalah jumlah. Di samping itu, mereka juga tahu kemungkinan terjadi kebosanan jika narasi yang dipakai adalah narasi pembersihan etnis yang dilakukan oleh Nazi kepada bangsa Yahudi.

"Oleh karena itu maka mereka mereformulasinya dengan isu survival," ucap Alto.

Isu survival, sambung dia, secara psikologis masuk dan sejalan dengan kepentingan pemerintahan negara-negara kawasan yang memang ingin tetap berkuasa dengan cara apapun. Negara-negara kawasan ini bahkan tidak akan berpikir soal penegakan hak asasi manusia demi bertahan hidup. 

Baca Juga: Peristiwa 17 Mei: Proklamasi Kalimantan hingga Hari Buku Nasional

"Sebaliknya, mereka akan melakukan semua cara agar kepentingan domestik dan kekuasaannya tetap langgeng. Israel memanfaatkan celah itu untuk melakukan negosiasi bilateral antar negara sehingga timbal-balik kepentingan nasional tiap-tiap negara bisa disesuaikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing," paparnya. 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X