Klinik aborsi ilegal di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat meraup omset besar yakni Rp10 miliar selama beraksi. Polisi menyebut satu kali pelayanan jasa aborsi dari klinik, pasien harus membayar sebesar Rp2 juta hingga Rp4 juta.
"Biayanya murah, Rp2 juta dengan janin muda. Biasanya janin sekitar dua minggu itu dengan biaya Rp2 juta dan di atas lima minggu itu sekitar Rp4 juta," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (23/9/2020).
Hasil keuntungan itu dibagi-bagi kepada sembilan tersangka lainnya sesuai dengan perannya masing-masing. Untuk oknum dokter mendapat jatah sebesar 40% dari satu pasien.
"Dalam satu hari klinik ini meraup keuntungan Rp10 juta. Pembagiannya dokter 40%, agennya dan pegawainya dibayar sekitar Rp250 ribu per hari," beber Yusri.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, AKBP Calvijn Jean Simanjuntak membeberkan tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh para pasien sebelum melakukan aborsi. Tahapannya mulai dari menghubungi klinik dan berjanjian untuk waktu aborsi.
Setelahnya pasien akan dibawa oleh agen klinik untuk masuk ke dalam klinik. Disana dokter akan memeriksa kondisi janin dan janin itu maksimal harus berusia di bawah 14 minggu.
"Tahapan persiapan mulai dari janjian WA terhadap yang menjemput ibu korban di lokasi dekat TKP dan dia yang bawa masuk sehingga bisa masuk ke penjaga pintu TKP dan mereka meregistrasi dengan biaya Rp200 ribu dan Rp50 ribu untuk USG dan seterusnya," kata Calvijn.
"Tahapan ketiga, tahapan tindakan oleh DK dan dibantu dua orang yang bantu dokter saat tindakan aborsi," pungkas Calvijn.
