Masyarakat Tanah Air memberikan banyak atensi kepada Benny Wenda. Sosok asal Papua itu viral karena dituding pemerintah sebagai dalang kerusuhan di Papua dan Papua Barat.
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, secara terbuka menjadikan Benny kambing hitam. Pemerintah menganggap Benny telah menyebarkan informasi tidak akurat dan provokatif kepada rakyat Papua.
Benny memiliki akses ke rakyat Pulau Cenderawasih karena merupakan pimpinan dari Organisasi Papua Merdeka (OPM) . Manuver politiknya dari luar negeri pun meresahkan Pemerintah Republik Indonesia.
Akan tetapi, Benny menampik tudingan yang dilancarkan pemerintah. Dia menyebut aksi unjuk rasa yang berujung kerusuhan di Papua dan Papua Barat, merupakan spontanitas para demonstran.
Lantas, seperti apa rekam jejak Benny Wenda sampai dituduh dalang kerusuhan Papua?
Punya Memori Buruk
Benny lahir di Papua, 17 Agustus 1974. Sejak kecil, dia sudah mengalami memori pahit yang berkaitan dengan militer Indonesia.
Kenangan pilu membuat jiwa Benny memberontak. Dia menentang bergabungnya Papua Barat dengan Indonesia dan berupaya menjadikan Papua merdeka.
Dilansir BBC, Pemerintah RI menjelaskan Benny terlibat berbagai kerusuhan yang berkaitan dengan kedaulatan bangsa. Salah satunya penyerangan ke Markas Polsek Abepura, Jayapura, 7 Desember 2000.
Enam orang dari sipil dan polisi pun tewas dalam insiden tersebut. Senjata dan amunisi kemudian dicuri komplotan Benny setelah penyergapan Markas Polsek Abepura.
Benny kemudian diadili dan dijebloskan ke penjara. Namun menurut pemberitaan media-media Inggris, dia kabur dari jeruji besi dengan mencongkel jendela kamar mandi.
Papua Nugini lalu menjadi tempat pelarian Benny. Dia dibantu beberapa rekannya dari LSM Eropa dan kelompok OPM ketika menyebrang ke negara tetangga.
Dapat Suaka Inggris
Benny melakukan berbagai manuver politik untuk bertahan hidup karena diburu pemerintah Indonesia. Singkatnya, dia mendapatkan suaka dari pemerintah Inggris pada 2003.
Pemerintah Inggris kemudian memberikan kewarganegaraan kepada Benny. Saat ini dia tinggal bersama istri dan anak-anaknya di Oxford.
"Ketika saya lari dari penjara Indonsia pada 2002, Oxford adalah satu dari tempat pertama di dunia yang menerima saya dan keluarga," kata Benny dilansir situs Pemerintah Oxford, Kamis (18/7)
