Gelombang Demo Jelang Pelantikan Jokowi Bikin Investor Tarik Dana

- Senin, 30 September 2019 | 13:36 WIB
Massa mahasiswa Pasee berunjuk rasa di depan kantor DPRK Lhokseumawe dan Aceh Utara, Aceh, Selasa (24/9). Ribuan mahasiswa turun ke jalan berdemonstrasi menolak UU KPK (Antara/Rahmad).
Massa mahasiswa Pasee berunjuk rasa di depan kantor DPRK Lhokseumawe dan Aceh Utara, Aceh, Selasa (24/9). Ribuan mahasiswa turun ke jalan berdemonstrasi menolak UU KPK (Antara/Rahmad).

Indonesia tengah dihantam gelombang unjuk rasa di berbagai daerah selama beberapa pekan terakhir. Situasi itu menimbulkan sentimen negatif dari kalangan investor asing. 

Mereka pun menarik dana segar di bursa. Tercatat  US$1,2 miliar keluar dari Indonesia. Sikap dari para investor menimbulkan spekulasi bakal ada pelambatan ekonomi terutama di Asia Tenggara. Data Bloomberg, sejak kuartal kedua dana masuk ke tanah air, mencapai US$3,7 miliar. 

Dalam dua tahun terakhir, para investor merasa khawatir dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat. Sinyal emen mengindikasikan, pertumbuhan hanya 5,05 persen.  Para investor pun khawatir pendapatan negara bakal merosot. 

Gelombang demonstrasi terus terjadi di Indonesia karena kebijakan pemerintah yang dianggap menyimpang, antara lain UU KPK hasil revisi hingga RUU KUHP semakin membuat investor asing ingin segera keluar dari Indonesia.

Para investor menilai Jokowi akan mengalami kesulitan di dalam negeri, walaupun telah memenangin Pilpres dengan suara yang signifikan pada April lalu. Investor pun masih menunggu nama-nama yang duduk di kabinet baru Jokowi pada 20 Oktober.

"Perlambatan ekonomi disebabkan karena kalangan investor mengambil sikap menunggu dan melihat situasi menjelang pembentukan kabinet," kata Kepala Pasar Modal Ekuitas di Samuel International, Harry Su, dilansir Bloomberg

Periode pertama Presiden Joko Widodo bakal berakhir pada 20 Oktober 2019. Namun, sejumlah kalangan dikabarkan bakal melakukan berbagai unjuk rasa menjelang hari-hari pelantikan tersebut.  

"Saat ini situasi tidak diragukan lagi tengah tak kondusif untuk investasi," ujar Harry. 

Artikel Menarik Lainnya

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X