Sempat Dituding akan Kacaukan Pilpres AS, Iran Malah Nggak Peduli Siapa Presidennya

- Rabu, 4 November 2020 | 20:38 WIB
Presiden Iran Hassan Rouhani. (REUTERS/Brendan Mcdermid).
Presiden Iran Hassan Rouhani. (REUTERS/Brendan Mcdermid).

Pihak intelijen Amerika Serikat sempat menuding kemungkinan Iran akan mengacaukan pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) antara Joe Biden dan Donald Trump. Namun dalam pernyataannya, pihak Iran justri tidak terlalu memperdulikan siapa yang menang dalam pilpres negara adidaya tersebut.

Melansir Antara yang dikutip dari Reuters, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa pihaknya tidak peduli tentang siapa yang akan menjadi presiden Amerika Serikat (AS) nanti. Menurutnya, yang terpenting adalah kebijakan masa mendatang negara tersebut agar patuh pada hukum dan perjanjian internasional.

"Bagi Iran, kebijakan pemerintahan AS yang berikutnya adalah hal yang penting, bukan soal siapa yang memenangkan pemilu di AS," kata Rouhani dalam rapat kabinet yang disiarkan di televisi, Rabu (4/11/2020).

Baca Juga: Intelijen AS Tuding Iran dan Rusia akan Kacaukan Pilpres AS 2020

Presiden Rouhani juga mengatakan bila dia lebih ingin pihak Amerika lebih menghargai negaranya nanti. Sehingga kebijakan pemerintah AS yang lebih penting.

"Kami ingin dihargai, bukan menjadi sasaran sanksi (oleh AS). Tidak masalah siapa yang memenangkan pemilu AS, untuk kami, kebijakan dan prinsip adalah hal yang penting," ujar Rouhani menambahkan.

Pernyataan itu didasari dengan kebijakan Trump di periode sebelumnya. Di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, pada 2018 AS keluar dari perjanjian nuklir Iran 2015 serta menjatuhkan sanksi yang memberatkan kondisi perekonomian Iran. 

Sebagai balasan, Iran secara bertahap mengurangi kepatuhannya terhadap perjanjian itu.

Sementara Joe Biden, rival Trump pada pemilu presiden kali ini, berjanji untuk bergabung kembali dengan enam negara kekuatan dunia dalam perjanjian nuklir tersebut jika Iran juga kembali mematuhinya.

Di sisi lain, Trump juga menyebut bahwa ia ingin melancarkan perjanjian baru dengan Iran yang akan menyasar program rudal negara itu dan mendukung proksi kawasan, yakni di Irak, Suriah, Lebanon, dan Yaman.

Bagaimanapun Iran tidak bersedia melakukan negosiasi apapun terkait hal itu, kecuali AS terlebih dahulu masuk kembali dalam kesepakatan nuklir awal.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X