Sebuah survei di Australia pada tahun 2018 mengungkap bahwa 47% siswa SMA telah berhubungan seksual. Untuk pelajar SMA kelas 12, angkanya naik jadi 55%.
Pakar kesehatan seksual dari Latrobe University, Dr Christopher Fisher, mengatakan bahwa pendidikan seks di Australia memang belum begitu mumpuni.
Dilansir dari ABC News, Dr Christopher mengatakan tidak semua remaja di Australia mendapatkan pendidikan seks yang baik.
Kurikulum pendidikan seks di Australia juga dikritik tidak mengikuti perkembangan zaman. Seorang remaja bernama Tamsin Griffiths mengatakan pendidikan seks harusnya lebih kaya informasi.
"Kami membutuhkan lebih banyak informasi daripada sekadar penjelasan cara memasang kondom pada sebuah pisang," ujarnya.
Menurut Tamsin, seks bagi remaja zaman sekarang sudah bukan lagi soal pernikahan atau rasa takut memiliki bayi. Seks sekarang sudah dianggap kesenangan, sehingga ONS, FWB, dll dianggap wajar.
"Aspek kesenangan menjadi alasan yang cukup besar bagi kaum remaja untuk berhubungan seks," ujarnya.
Anak-anak muda Australia tidak mau pendidikan seks hanya seputar penyakit atau memiliki bayi. Namun juga harus membahas keintiman hingga consent (persetujuan).
Sebagai dampak dari pendidikan seks yang ketinggalan zaman, Hasil survei dari Latrobe University menemukan 79% remaja mengakses konten seksual di internet.
Karena itulah, penting dalam pendidikan seks untuk mengajarkan remaja bersikap kritis terhadap konten-konten seksual yang mereka temukan di internet.
