66 Kali Gempa Susulan Terjadi di Ambon

- Kamis, 26 September 2019 | 18:30 WIB
Bangunan Pasar Apung Desa Tulehu yang roboh akibat gempa bumi di Ambon, Maluku, Kamis (26/9). (Antara/Izaac Mulyawan)
Bangunan Pasar Apung Desa Tulehu yang roboh akibat gempa bumi di Ambon, Maluku, Kamis (26/9). (Antara/Izaac Mulyawan)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadi 66 kali gempa susulan di Ambon, Provinsi Maluku, Kamis (26/9). Ada empat gempa susulan yang guncangannya signifikan.

"Hasil monitoring BMKG terhadap gempa Kairatu berkekuatan Magnitudo (M) 6,5 menunjukkan telah terjadi 66 kali aktivitas gempa bumi susulan (aftershocks) dengan magnitudo terbesar M 5,6 dan terkecil M 3,0," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, Kamis (26/9).

Data terkait gempa susulan ini didapat per siang hari ini pukul 12.30 WIB. Empat gempa susulan yang paling signifikan itu tercatat pukul 09.41 WIB hingga pukul 12.28 WIB.

Lebih lanjut Daryono menjelaskan, guncangan gempa utama di Ambon mencapai skala intensitas V hingga VI MMI, Haruku dan Kairatu. Gempa tersebut menimbulkan kerusakan rumah di beberapa tempat, enam orang meninggal dunia dan empat luka-luka.

"Pembangkit gempa itu diduga kuat adalah struktur sesar yang melintas di wilayah Kecamatan Kairatu Selatan. Dalam peta tektonik, Pulau Seram tampak struktur sesar ini berarah barat daya-timur laut. Sesar ini juga memiliki pergerakan mendatar-mengiri atau sinistral strike-slip. Sayangnya struktur sesar yang melintas di Kairatu Selatan itu belum memiliki nama, sehingga untuk memudahkan menyebutnya dapat kita namai 'Sesar Kairatu'," kata Daryono.

Dari hasil monitoring tersebut BMKG juga mencatat, sebelum terjadi gempa Magnitudo 6,5, sudah terjadi sejumlah rentetan aktivitas gempa pembuka (foreshocks) di Kairatu Selatan.

"Peta seismisitas Maluku menunjukkan bahwa di sekitar episenter gempa Kamis pagi terdapat klaster aktivitas gempa dengan magnitudo antara 1,5 hingga 3,5 sebanyak 30 kali sejak 28 Agustus 2019 hingga 25 September 2019," ungkap Daryono.

Menurutnya, gempa ini menjadi contoh nyata mengenai keberadaan “Gempa Tipe 1” menurut Kiyoo Mogi (1963) ahli gempa Jepang, yaitu tipe gempa utama yang didahului oleh gempa pendahuluan atau pembuka dan selanjutnya diikuti oleh serangkaian gempa susulan.

Daryono berharap gempa susulan terus meluruh energinya dan kondisi kembali normal.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X