Sultan Qaboos: Sukses Moderenisasi Oman, Jaga Stabilitas Teluk

- Sabtu, 11 Januari 2020 | 09:50 WIB
Sultan Qaboos bin Said Al Said. (REUTERS/Ahmed Jadallah)
Sultan Qaboos bin Said Al Said. (REUTERS/Ahmed Jadallah)

Lahir di Dhofar pada 18 November 1940, Qaboos bin Said Al Said merupakan penguasa kedelapan dari Dinasti Al Said yang memerintah Oman sejak tahun 1744.

Di usia 18 tahun, Qaboos dikirim orangtuanya untuk menempuh pendidikan di Inggris, sekaligus mempererat hubungan sejarah antara Kerajaan Inggris dengan Kerajaan Oman. 

Bahkan, ia sempat mengikuti pendidikan militer pada Akademi Militer Kerajaan di Sandhurst, untuk selanjutnya berdinas sebagai tentara Inggris dalam penugasan di Jerman Barat.

Usai menunaikan tugasnya sebagai tentara, Qaboos kembali ke Inggris pada tahun 1962 untuk menempuh studi pemerintahan daerah, sebelum akhirnya kembali ke Oman. 

Sayang, sekembalinya ke Oman, Qaboos sempat dikurung di istana kerjaan di Salalah, lantaran perbedaan pandangan dengan sang ayah, Sultan Said pada tahun 1964 sampai 1970.

-
Sultan Qaboos (kanan) saat menyambut Raja Abdullah dari Jordania dalam perayaan HUT ke-40 Hari Nasional Kesultanan Oman di Muscat, 29 November 2010. (REUTERS/Yousef Allan).

 

Pada 23 Juli 1970, Qaboos dengan dukungan Inggris melakukan kudeta tak berdarah dan menggulingkan kekuasaan sang ayah. Pangkalnya, kendati memiliki keuangan yang cukup, Sultan Said tidak melakukan pembangunan dan tidak membentuk lembaga pemerintahan.

Moderenisasi Oman

Menjadi sultan di usia 30 tahun, Qaboos berjuang untuk membuka isolasi negara sekaligus memodernisasi Oman secara politik, ekonomi, hukum dan sosial. Ia pun harus menghadapi pemberontakan Dhofar, yang bisa diatasinya dengan bantuan Inggris, Yordania dan Iran.

Enggak cuma itu, Revolusi Iran pada tahun 1979 membuka matanya terhadap Selat Hormuz yang menjadi lokasi lalu-lintas perdagangan minyak global. Qaboos juga menjali kesepakatan dengan Amerika Serikat tahun 1980, terkait penggunaan fasilitas Oman untuk keadaan darurat.

Qaboos pula yang memoderenisasi sistem politik Oman, dengan memperluar partisipasi politik pada tahun 1981. Di tahun 2003, ia pun mulai menggelar Pemilu bebas untuk memilih dewan penasihat.

Qaboos sukses meredam konflik keluarga kerajaan yang berlangsung selama ratusan tahun, meredam konflik antar suku, sehingga bisa tercipta kestabilan politik, serta pembangunan infrastruktur dengan pendapatan dari minyak. Bahkan, ia juga sukses membangun salah satu angkatan bersenjata yang paling terlatih dengan persenjataan moderen di kawasan Asia Barat.

Di luar negeri, berkat diplomasi independennya, ia mampu menjaga perdamaian dalam konflik Arab Saudi dengan Iran, atau dalam sengketa Teluk dengan Qatar. Termasuk juga dalam konflik Perang Iran-Irak di tahun 1980-1988.

Qaboos pula yang membawa Oman mendinginkan pertentangan Iran-Amerika setelah tahun 1979. Serta membantu mediasi pembicaraan rahasia Iran - Amerika Serikat di tahun 2013, yang menghasilkan pakta nuklir internasional pada tahun 2015.

Setelah menderita sakit selama beberapa tahun belakangan, dan sempat dirawat di Belgia pada Desember 2019 lalu, Qaboos menghembuskan nafasnya di usia 79 tahun.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X