Hari Pertama 2020, Puluhan Ribu Orang Unjuk Rasa di Hong Kong

- Kamis, 2 Januari 2020 | 01:54 WIB
Pengunjuk rasa pro-kemerdekaan berbaris selama demonstrasi anti-pemerintah pada Hari Tahun Baru, untuk menyerukan pemerintahan yang lebih baik dan reformasi demokrasi di Hong Kong, Cina, 1 Januari 2020. photo/REUTERS/Tyrone Siu
Pengunjuk rasa pro-kemerdekaan berbaris selama demonstrasi anti-pemerintah pada Hari Tahun Baru, untuk menyerukan pemerintahan yang lebih baik dan reformasi demokrasi di Hong Kong, Cina, 1 Januari 2020. photo/REUTERS/Tyrone Siu

Baru saja memasuki Tahun Baru 2020, puluhan ribu warga Hong Kong kembali turun ke jalan.

Mereka bertekad meneruskan unjuk rasa yang telah berlangsung tujuh bulan sepanjang 2019.

Sambil berkumpul di rerumputan Taman Victoria di bawah langit kelabu, para warga baik tua maupun muda dengan mengenakan pakaian berwarna hitam dan sejumlah di antaranya mengenakan penutup wajah, mengacung-acungkan poster bertuliskan "Kebebasan tidak gratis" sebelum memulai pawai.

"Sulit rasanya untuk mengatakan 'Selamat Tahun Baru' karena masyarakat Hong Kong tidak bahagia," kata seorang pria bernama Tung, yang ikut pawai bersama putranya yang berusia dua tahun, ibunya dan keponakannya.

Aksi unjuk rasa prodemokrasi itu diselenggarakan oleh Front Hak Asasi Manusia Sipil, kelompok yang mengatur sejumlah demonstrasi tahun lalu, yang diikuti oleh jutaan orang.

-
REUTERS/Navesh Chitrakar

Di sepanjang jalur demonstrasi, beberapa politisi distrik prodemokrasi yang baru terpilih bergabung dengan massa pada hari pertama mereka bertugas. Beberapa di antaranya membantu mengumpulkan donasi untuk gerakan tersebut.

Presiden China Xi Jinping dalam pidatonya pada Malam Tahun baru mengatakan bahwa Beijing akan "dengan tegas menjaga kesejahteraan dan stabilitas" Hong Kong di bawah kerangka "satu negara, dua sistem".

-
REUTERS/Navesh Chitrakar

 

Banyak orang di Hong Kong merasa marah atas cengkeraman Beijing terhadap kota itu, yang dulu dijanjikan otonomi tingkat tinggi di bawah kerangka tersebut ketika bekas koloni Inggris itu diserahkan kembali kepada China pada 1997.

Para pemrotes sejauh ini pernah melemparkan bom bensin dan batu sementara polisi menanggapi kekerasan itu dengan menembakkan gas air mata, meriam air, semprotan lada, peluru karet, dan kadang-kadang peluru tajam. Sejumlah orang terluka selama bentrokan.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X