Kematian Putu Hartana Yasa (60), seorang guru ngaji mualaf di kamarnya di Jalan Drupadi X Nomor 11A, Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali, menjawab rasa penasaran para tetangga satu indekosnya.
Kecurigaan para tetangganya selama beberapa hari belakangan, akhirnya terjawab sudah. Lewat bau tak sedap dari jasadnya yang membusuk, para tetangganya akhirnya tahu bahwa Putu Hartana sudah meninggal dunia.
Sebelumnya, para tetangganya bertanya-tanya, ke mana gerangan Putu Hartana. Sejak Hari Suci Nyepi, Minggu (14/3/2021), Hartana tak nampak batang hidungnya.
"Sejak Nyepi beliau sudah tidak keluar kamar. Kami pikir entah pergi ke mana," ujar I Nyoman Dipa Wirya Utama (45 tahun), tetangga kamar kos Hartana.
Saat ditemukan di kamar kos nomor 4 yang dihuninya, kondisi jasad guru ngaji asal Kabupaten Bangli tersebut sudah membusuk dan menguarkan bau tak sedap. Diduga, Hartana sudah meninggal sejak lima hari sebelumnya.
Sejak Rabu pagi, Nyoman mencium bau tak sedap dari balik kamar Hartana. Dari situlah ia curiga ada yang tak beres dengan Hartana.
Takut memastikan sendirian, Nyoman kemudian memberitahukan apa yang diciumnya kepada tetangga lain, I Gede Sunantara (52 tahun). Kemudian, bersama-sama mereka mengecek ke dalam kamar Hartana.
Betapa terkejut mereka mendapati Hartana dalam keadaan telungkup di kasurnya, hanya mengenakan celana dalam.
Usai memastikan Hartana tidak bernyawa, mereka kemudian menghubungi pihak kepolisian dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Rabu sore, jajaran Polresta Denpasar tiba di lokasi dan melakukan olah TKP. Polisi tidak ditemukan tanda - tanda kekerasan pada tubuh Hartana.
Jenazah Hartana selanjutnya dievakusi ke RSUD Sanglah. Ia diduga meninggal karena penyakit stroke dan epilepsi yang dideritanya, menurut Kasubbag Humas Polresta Denpasar, Iptu Ketut Sukadi.
