Mewaspadai Upaya Asing Untuk Memecah Belah Indonesia Dengan Papua

- Rabu, 28 Agustus 2019 | 12:44 WIB
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

Pendiri Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi ingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia agar mewaspadai upaya asing untuk  memecah belah bangsa Indonesia, khususnya Papua pasca-kericuhan yang terjadi di Papua dan Papua Barat beberapa waktu lalu.

"Dari dulu saya sudah memonitor (di dunia Maya) memang hampir setiap saat ada kelompok-kelompok (asing) yang memperjuangkan kebebasan Papua," ungkapnya.

-
ANTARA News/Try Reza Essra

 

Tidak hanya dari internet, Ismail mengungkapkan ada tulisan atau grafiti-grafiti di luar negeri yang bertuliskan "Free West Papua". Lewat dunia maya, Ismail memperhatikan bahwa kericuhan yang terjadi di Papua beberapa waktu yang lalu dimanfaatkan oleh pihak asing.

"Terutama akun-akun yang berafiliasi dengan kelompok-kelompok itu. Narasi yang mereka bangun bahwa Indonesia itu kolonial, dan bergabungnya Papua adalah penjajahan," tutur Ismail.

-
ANTARA FOTO/Novrian Arbi

 

Dari hasil pengamatannya dengan Drone Emprit, Ismail menemukan ada akun free west Papua yang berasal dari Jerman  banyak mengungggah foto dan video.

Provokasi yang terjadi di Papua tak terlepas dari unggahan di media sosial yang mengganggu keamanan dan stabilitas di Papua. Inilah yang membuat pemerintah membatasi akses media sosial di Timur Indonesia. Tapi menurut Ismail, pemblokiran ini harus segera di cabut untuk memberikan hak dan membuat pemerintah lebih intensif melakukan pendekatan dengan masyarakat.

-
ANTARA FOTO/Syaiful Arif

 

"Intinya ada jalan lain, bukan pembebasan. Artinya tetap perspektif NKRI untuk kesejahteraan bersama," ungkapnya.

Pengamat intelijen dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib menuturkan jika pembatasan akses internet ini untuk menjaga keamanan dan stabilitas di Papua tidak efektif karena propaganda negatif soal Papua justru dilakukan oleh pihak-pihak di luar negeri.

-
ANTARA FOTO/Reno Esni

 

"Upaya itu tidak akan efektif karena kalau kita cek tagar-tagar yang menyerukan referendum dan free west Papua justru dari luar negeri. Terutama akun akun dari Australia, New Zealand dan Inggris. Bukan dari Indonesia dan bukan dari dalam Papua," ungkap Ridlwan.

Menurutnya jika dilihat dari mesin analisis Knowledge Enggine for Media Analysis (KEA), data kejadian di Papua dipropagandakan negatif oleh akun-akun pro kemerdekaan Papua.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X