Review Serial '96 Jam': Thriller Penculikan yang Tegang, Tapi Endingnya Kentang

- Senin, 26 Juni 2023 | 10:56 WIB
Review serial 96 Jam. (IMDB)
Review serial 96 Jam. (IMDB)

Jarang sekali serial Indonesia mengangkat thriller bertema penculikam seperti serial '96 Jam'. Sehingga wajar cukup antusias dengan ceritanya dan rela mengikuti alurnya dari awal.

Serial ini disutradarai oleh Sonu S. dan diproduseri Sly Film. Sedangkan di deretan cast, serial ini dibintangi oleh Maudy Effrosina, Bastian Steel, Teuku Riifnu Wakana, Indra Brasco, Gabriella Ekaputri, Arya Mohan, Donny Alamsyah, Ratu Felisha dan masih banyak lagi.

Sinopsis '96 Jam'

-
Review serial 96 Jam. (IMDB)

Sebuah rencana penculikan anak-anak orang kaya dari SMU Mandiri Jaya telah dipersiapkan Ramos (Teuku Rifnu Wakana) dan anak buahnya. Namun saat itu, tak hanya lima anak orang kaya yang ikut diculik. Dinda (Maudy Effrosina), seorang siswi dari keluarga biasa yang dapat beasiswa, Bu Sisca (Ratu Felisha) seorang guru, dan Emir (Bastian Steel) petugas kebersihan sekolah juga terangkut oleh para penculik.

Baca Juga: Review Serial ‘A+’: Cerita Siswa Jenius dan Reformasi Pendidikan yang Gak Pasaran

Pelaku penculikan pun meminta uang tebusan sebesar dua miliar per kepala. Saat semua orang tua bisa menyanggupinya, keluarga Dinda dan Emir tentu tak bisa apa-apa. Hal itu membuat Ramos kesal, sementara lima anak orang kaya lain yang ikut diculik berlaku sinis kepada Dinda dan Emir.

Fakta mulai terungkap saat mereka menghadapi situasi antara hidup dan mati. Ada di antara mereka yang menjadi penyebab penculikan tersebut.

Review 96 Jam

-
Review serial 96 Jam. (IMDB)

Dari judulnya, sudah dipastilan ini adalah serial thriller demgan konsep bergerak berpacu dengan waktu. Ada deadline yang harus dipenuhi, atau ada resiko yang harus diterima.

Di awal permulaan, serial ini sangat menjanjikan karena semuanya dibangun dengan sangat baik. Perkenalan ke tokoh jahat dan anak-anak yang akan diculik beserta orang tuanya cukup memikat.

Ebtah mengapa setiap awal serial Vidio untuk scene sekolah selalu mengandalkan one take shoot yamg mengambil adegan lingkungan sekolah dan para karakter masuk frame. Sedikit repetisi atau memang ciri khas sutradara Vidio? Entahlah. Namun itu tak terlalu mengganggu.

Memang yang jadi fokus adalah ritme ketegangan yang dibangun dan persona sosok jahat yang diperankan Rifku Wakana menjadi pusat perhatian. Seiring episode berlanjut, karakter para murid yang diculik juga semakin memikat. Di episode 3 dan 4 terlihat ada beberapa karakter yang menonjol, seperti karakter menyebalkan yang diperankan Grabiela Ekaputri.

Kknflik dan red herring pun dibangun dengan baik dan membuat gregetan. Siapa yang bermain dan siapa mata-mata di kubu orang tua juga membuatnya semakin menarik dinikmati. Setidaknya itulah yang dirasakan di enam episode awal.

Mendekat ending semakin absurd

-
Review serial 96 Jam. (IMDB)

Namun mendekati emding cerita, atau tepatnya dua episode terakhir, jalan cerita sedikit semrawut. Ada beberapa logica fallacy dan story telling yang acak-acak dan membuat dahi mengernyit.

Baca Juga: Menyoroti Romantisasi Psikopat dan Sosiopat dalam "Katarsis" yang Dibalut Dark Comedy

Seperti banyak adegan yang tidak masuk akal. Khususnya pada adegan penyerbuan ke markas penjahat, dimana mereka datang naik.mobil dengan jalur yang tepat, namun mengapa mereka endingnya malah diarahkan lari ke hutan tanoa memilih bisa naik mobil para pasukan penyerbu.

Halaman:

Editor: Z Creators

Tags

Rekomendasi

Terkini

X