Inspiratif! Pria di Ponorogo Budidaya Merak Demi Lestarikan Reog Ponorogo

- Selasa, 8 November 2022 | 17:49 WIB
Tri Mashudi, peternak merak demi Reog. (Z Creators/Pramita Kusumaningrum)
Tri Mashudi, peternak merak demi Reog. (Z Creators/Pramita Kusumaningrum)

Reog dan Ponorogo enggak pernah terpisahkan, namun modernisasi enggak bisa dipungkiri. Kesenian Reog semakin terhimpit, tidak hanya pelaku kesenian saja.

Tetapi juga, ketersediaan bahan baku dadak merak yang semakin langka. Dadak merak sendiri adalah topeng raksasa yang digunakan dalam kesenian, dibuat dari bulu merak hijau atau dalam bahasa ilmiah disebut Pavo Muticus.

-
Tri Mashudi, peternak burung merak. (Z Creators/Pramita Kusumaningrum)

Hal itulah yang menjadi alasan seorang pria di Ponorogo tergerak untuk melestarikan burung merak hijau. Tri Mashudi warga Desa Ngrupit, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Kegiatannya itu terlihat dari puluhan burung merak yang ada di kandang pekarangan rumah Tri Mashudi.

Saat ini ia sudah menampung sebanyak 45 ekor burung merak dari berbagai jenis, antara lain merak putih, biru black shoulder, ungu black shoulder, serta merak hijau. Dengan penuh ketelatenan, Tri Mashudi setiap hari merawat satwa dilindungi.

“Kalau saya sendiri mulai baru satu tahun terakhir. Kalau Mas Edi (kakak Tri Mashudi) sudah 2018,” ujarnya, Selasa (8/11/2022)

-
Burung merak. (Z Creators/Pramita Kusumaningrum)

Berawal dari hobi dan kecintaannya terhadap kesenian Reog, Tri Mashudi diajarkan oleh kakaknya dalam merawat burung merak.

Menurutnya, tari Reog merupakan satu kesatuan. Adanya jathil, warok, bujangganong, kelono sewandono hingga dadak merak. Yang mungkin kesulitan adalah dadak merak. Karena topengnya dadak merak terbuat dari kulit harimau. Tetapi kemudian bisa diakali dengan kulit sapi yang dibuat seperti kulit harimau. Sedangkan untuk dadak meraknya terbuat dari bulu merak.

“Kakak saya beli dua itu, akhirnya berkembang biak. Kalau saya sudah punya 6 merak,” katanya.

-
Burung merak. (Z Creators/Pramita Kusumaningrum)

Dia mengaku bulu yang dihasilkan oleh puluhan merak juga dibeli oleh para perajin reog. Biasanya burung merak akan merontokkan bulunya satu tahun sekali pada awal Februari hingga akhir Februari. Pengrajin membelinya per helai dengan harga Rp10 ribu hingga Rp15 ribu.

-
Tri Mashudi, peternak burung merak. (Z Creators/Pramita Kusumaningrum)

Kemudian bulu merak akan tumbuh secara menyeluruh pada bulan Agustus, sedangkan untuk musim kawin dimulai bulan Oktober hingga Desember.

Dalam mengembangbiakkan, Tri Mashudi tidak membiarkan telur begitu saja di dalam kendang untuk dierami secara alami oleh induknya, melainkan menaruh di dalam oven.

Artikel menarik lainnya: 

Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.

-
Z Creators

 

Halaman:

Editor: Yayan Supriyanto

Tags

Terkini

Ada dari Sumatra, Ini 3 Smart City di Indonesia

Minggu, 28 April 2024 | 11:35 WIB

Kemnaker Luncurkan Program K3 Nasional 2024-2029

Kamis, 25 April 2024 | 21:56 WIB
X