Dunia saat ini sedang mengalami krisis lingkungan, di mana banyak wilayah yang tercemar termasuk lautan. Sampah plastik yang menumpuk di lautan diperkirakan bakal melebihi jumlah ikan di laut pada tahun 2050.
Untuk mengatasi masalah tersebut, EAS Hackaton melangsungkan sebuah kompetisi berbasis digital yang diikuti oleh negara-negara Asia Tenggara dan juga India serta Australia.
Baca Juga: Gokil! Spiderman Parepare Temukan Banyak Benda Ini Saat Beraksi di Pesisir Pantai Cempae
Dari siaran pers yang didapat, dijelaskan bahwa kompetisi ini bertujuan untuk menciptakan inovasi berupa aplikasi digital yang akan membantu memonitor sampah laut lebih akurat serta mendorong pelaku bisnis untuk meminimalisir penggunaan plastik dan melakukan daur ulang.
Selama ini, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah sampah plastik di laut, di antaranya memberlakukan larangan plastik sekali pakai, mendirikan bank pengelola sampah, serta mendorong upaya daur ulang sampah plastik.
Lebih dari itu, aplikasi besutan Hackathon ini nantinya diharapkan dapat melengkapi upaya dalam mengatasi tantangan tersebut.
EAS Hackathon diikuti oleh 13 tim dari negara anggota EAS, yaitu: Australia, Brunei Darussalam, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Thailand dan Vietnam.
Baca Juga: Ancam Ekosistem, Penanganan Sampah Laut Harus Didukung Kebijakan Nasioal dan Daerah
Selama berkompetisi, para tim finalis dimentori dan dinilai oleh para ahli berbagai bidang, yatu teknologi, sampah laut plastik, dan entrepreneur.
Pemenang utama EAS Hackathon akan menerima hadiah uang tunai sebesar $7.000 USD, berkesempatan mempresentasikan idenya pada forum penting, dan akan berpartisipasi dalam program inkubator Pusat Inovasi Plastik CSIRO.