Sara Wijayanto mengakui pernah menjadi korban kekerasan oleh pasangannya saat dirinya berusia 20 tahun. Ketika Sara terjebak dalam hubungan yang dipenuhi kekerasan fisik, Ia memilih bertahan.
Namun, keputusan di masa lalu tersebut disesalinya saat ini. Berangkat dari penyesalan tersebutlah, menginspirasi Sara Wijayanto untuk berbagi kisah dan saling menguatkan para perempuan Indonesia lainnya. Ia ingin membantu menyadarkan siapapun bahwa hubungan yang dilandasi rasa takut dan ancaman itu tidak sehat.
Berkaca dari pengalaman hidupnya sendiri, misalkan ada kejadian kekerasan, terutama perempuan kerap bungkam. Ketika ada yang berani melaporkan ke pihak berwajib, Sara penasaran apakah laporan tersebut ditindak dengan semestinya atau tidak.
“Nah, aku ingin menumbuhkan kesadaran kepada perempuan dan siapapun untuk diberikan kekuatan agar tidak keliru mengambil keputusan. Aku ingin berbagi cerita tentang hal kelam yang aku pilih untuk dijalani,” ujar Sara Wijayanto kepada Indozone beberapa waktu lalu.
Perempuan kelahiran Jakarta, 6 Mei 1979 ini berharap menjadi konselor narkoba, berbagi informasi terkait obat-obatan dengan generasi muda. Agar mereka bisa sadar dan memahami bahwa narkoba bukanlah sebuah pilihan dalam hidup.
“Aku ingin sekali punya kesempatan itu, pembelajaran di masa lalu menuntunku untuk melakukan pencegahan pada generasi muda saat ini. Tak hanya obat-obtan, aku juga ingin mereka menyadari hubungan yang sehat adalah jauh dari tindak kekerasan baik verbal maupun non-verbal,” pungkasnya.