Menelisik 'Godoksa', Fenomena Mati Kesepian dan Sendirian di Korea Selatan

- Selasa, 27 Desember 2022 | 08:17 WIB
Ilustrasi - Orang-orang yang memakai masker berjalan di kawasan perbelanjaan di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19) di Seoul, Korea Selatan, 16 Maret 2022. (REUTERS/Heo Ran)
Ilustrasi - Orang-orang yang memakai masker berjalan di kawasan perbelanjaan di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19) di Seoul, Korea Selatan, 16 Maret 2022. (REUTERS/Heo Ran)

Dalam beberapa waktu terakhir, dikabarkan jumlah warga Korea Selatan yang meninggal kesepian atau ‘godoksa’ meningkat. Ini disebut menjadi konsekuensi akibat populasi negara yang menua dengan cepat.

Fenomena kematian ini terjadi pada kelompok usia yang lebih muda. Sebuah studi pemerintah baru di Korea Selatan menemukan, sejumlah besar kematian kesepain terjadi di antara pria paruh baya, daripada orangtua atau wanita.

Apa yang Terjadi?

Menurut Veronica Adesla, MPsi., psikolog klinis & Co-Founder Ohana Space, kesepian dalam konteks yang berlangsung secara panjang dan berat, bisa mengarah pada depresi.

Baca Juga: COVID-19 di China Mengamuk, Kematian Diprediksi Melampaui 1 Juta usai Lockdown Dicabut

Umumnya, depresi terjadi karena penurunan interaksi atau kontak sosial dengan orang terdekat, terputus, atau melemah.

Dengan penurunan kontak sosial, kematian kemungkinan dapat meningkat.

"Kesepian itu menyebabkan seseorang putus asa, merasa tidak dicari atau tidak dibutuhkan, eksistensi atau keberadaan dia tidak punya makna,” ujarnya saat dihubungi Indozone, Senin (26/12/2022).

“Kemudian kondisi itu bisa masuk ke depresi, bisa berujung pada kematian karena merasa tidak punya semangat hidup," sambungnya.

Baca Juga: Apa Sih Resesi Seks? Fenomena yang Bikin Amerika hingga Korea Selatan 'Ketar-ketir'

Lebih lanjut, wanita yang akrab disapa Vero itu menjelaskan, perasaan kesepian ini bersifat subjektif. Artinya, apa yang dirasakan belum tentu terjadi pada realita.

-
Ilustrasi seseorang yang alami depresi akibat kesepian. (unsplash)

"Kesepian itu bukan berarti sendirian, enggak ada siapa-siapa disekelilingnya. Kesepian itu bisa saja orang itu berada di sekeliling orang lain, punya banyak teman, tapi kesepiannya di dalam diri. Nah, ini mungkin saja menyebabkan kematian," katanya.

Meskipun demikian, Vero menegaskan, kesepian yang berujung pada depresi menyebabkan kematian. Namun kondisi tersebut, bisa saja didukung faktor kondisi kesehatan lainnya.

"Terjadi peningkatan pada depresi ini, salah satunya bisa disebabkan oleh kesepian dan berhubungan dengan faktor-faktor lainnya," tandasnya. 

Hasil penelitian American Heart Association menemukan, kesepian meningkatkan kemungkinan kematian dini sekitar 30 persen. Merasa kesepian dapat meningkatkan risiko sekarat akibat serangan jantung atau stroke. 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X