Kasus COVID-19 di China meningkat secara drastis usai lockdown dicabut beberapa waktu yang lalu.
Pada hari Senin (19/12/2022) China telah melaporkan kematian pertama akibat COVID-19. Namun, pemerintah China tidak menjelaskan secara identitas pasien serta status vaksinasinya.
Baca juga: Omicron BF.7 Picu Lonjakan di China, Indonesia Bakal Perketat Pintu Masuk?
Meningkatnya kasus COVID-19 di China diduga akibat varian Omicron BF.7 yang ditemukan belum lama ini.
Dilansir Nature, kematian akibat COVID-19 di China diprediksi akan meningkat hingga lebih satu juta selama beberapa minggu hingga bulan ke depan.
"Tidak ada keraguan bahwa China akan mengalami beberapa bulan yang buruk," kata James Wood, seorang pembuat model penyakit menular University of New South Wales di Sydney, Australia.
Dilansir ABC News, alasan lain penyebab kematian COVID-19 di China ialah kurangnya vaksin yang efektif.
Di China vaksin Sinovac telah diberikan sejak Juni 2021. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) vaksin Sinovac 100 persen efektif melawan COVID-19.
Baca juga: Gejala COVID-19 Omicron BF.7, Subvarian Baru yang Bikin China Keteteran
Namun, sebuah studi Yale menemukan rejimen dua dosis tidak menghasilkan antibodi untuk mencegah varian Omicron.
Namun, dua studi menemukan bahwa jumlah kematian bisa dikurangi dengan cara memberi vaksin dosis keempat kepada seluruh masyarakat.
Tidak hanya itu, disarankan juga untuk menggunakan masker, menjaga jarak dan sering mencuci tangan, untuk mengurangi kematian akibat COVID-19.