Mirip Seperti Asma, Ini Gejala Penyakit Jantung pada Anak

- Kamis, 16 Februari 2023 | 09:30 WIB
Ilustrasi anak mengalami penyakit jantung. (Freepik/pressfoto)
Ilustrasi anak mengalami penyakit jantung. (Freepik/pressfoto)

Penyakit jantung pada anak bisa dideteksi sejak dalam kandungan atau melalui stetoskop dokter setelah lahir.

Sering kali gejala penyakit jantung mirip dengan asma, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan dengan saksama.

Spesialis anak dr Rizky Adriansyah, MKed (Ped) mengatakan, berbagai gejala klinis penyakit jantung dan asma bisa mirip. Namun untuk memastikan diagnosis, diperlukan pemeriksaan yang tepat.

Baca juga: Orang Tua Wajib Tahu! Ini Pantangan dan Anjuran Gizi untuk Anak dengan Penyakit Jantung

"Ada gejala yang mirip asma. Makanya perlu ke dokter untuk memastikan apakah sesak karena jantung, paru, atau asma,” kata dr Rizky dalam media briefing Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Kamis (16/2/2023).

Lantas, bagaimana cara membedakan gejala klinis antara penyakit jantung dengan asma?

Gejala klinis penyakit jantung pada anak adalah berat badan yang sulit naik.

Meski demikian, pada beberapa kasus berat badan dan pertumbuhan anak baik, tetap bisa terdiagnosis penyakit jantung.

-
Ilustrasi anak menderita penyakit jantung. (Freepik/jcomp)

"Gejala penyakit itu bisa sama tapi setelah dilakukan permeriksam, diagnosisnya berbeda," lanjutnya. 

Adapun gejala klinis penyakit jantung pada anak, antara lain:

  • Sesak napas
  • Sakit dada
  • Berat badan sulit naik
  • Mudah lelah
  • Pneumonia berulang. Artinya, saat anak sembuh, namun sedikit-sedikit bisa kambuh lagi, sakit lagi

Dokter Rizky mengingatkan, penyakit jantung bawaan (PJB) atau congenital heart disease dapat dialami oleh bayi baru lahir. Sementara itu, penyakit jantung (acquired heart disease) dialami anak yang lahir sehat namun ditemukan kelainan jantung ketika masa anak-anak dan remaja.

Baca juga: Waspada! Penyakit Jantung Bisa Menyerang Anak-anak, Kenali Tanda dan Gejalanya

Sekitar 80 persen dari kasus penyakit jantung bawaan (PJB), anak terlambat diperiksakan. Banyak kasus terlambat dirujuk ke layanan tersier sehingga angka kematian lebih banyak dikarenakan keterlambatan diagnosis.

"Kami perkuat skrining, lalu di tingkat tersier ada kolaborasi antar dokter subspesialis," pungkasnya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X