Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan lonjakan kasus penyakit campak di Indonesia sebanyak 32 kali dalam setahun terakhir. Data terbaru Kementerian Kesehatan RI, dilaporkan sebanyak 3.341 kasus penyakit campak yang teridentifikasi di 223 kabupaten/kota.
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Anggraini Alam, SpA(K) mengatakan lonjakan kasus terjadi karena masyarakat menyepelekan penyakit tersebut. Sehingga banyak yang sengaja melewatkan imunisasi campak.
"Jadi pada 2021 ada 132 kasus konfirmasi, dan di 2022 ada 3.341 kasus. Artinya memang bukan main kenaikannya," ujar dr Anggraini dalam media briefing, Jumat (20/1/2023).
Baca juga: IDAI Ungkap Campak Berisiko Tingkatkan Infeksi karena Antibodi Turun
Gejala Penyakit Campak
Lebih jauh dr Anggraini menyampaikan, gejala penyakit campak terbagi menjadi tiga fase, yakni:
Pada fase pertama, seseorang yang terinfeksi campak akan mengalami gejala:
- Demam tinggi
- Bercak kemerahan pada kulit
- Batuk khas dan pilek
Pada fase kedua, seseorang terinfeksi campak akan mengalami gejala:
- Mata merah
- Akan muncul ruam merah pada tubuh
- Ruam menjalar mulai dari belakang telinga.
Baca juga: Kasus Campak Naik 32 Kali Lipat di Indonesia, Dokter Duga Hal Ini Jadi Penyebabnya
Pada fase terakhir, ruam akan terlihat menjalar ke seluruh tubuh. Dimulai dari bagian area wajah, dilanjut ke area tangan, kemudian kaki, hingga ke seluruh tubuh.
"Kalau memang dilihat kulitnya muncul ruam setelah demam. Dia mempunyai tiga fase mulai, ada gejalanya demam atau gejala khas 3C yaitu campak ada flu, pilek, atau mata merah dan adanya batuk-batuk. Kemudian ada fase erupsi atau ruam merah," imbuh dr Anggraini.
