Benarkah Bunuh Diri Bisa 'Menular'?

- Selasa, 26 November 2019 | 15:29 WIB
Campaign to Change Direction
Campaign to Change Direction

Beberapa waktu belakangan ini, kasus kematian karena bunuh diri santer terdengar terjadi. Seolah-olah, cara mengakhiri hidup dengan praktis ini dapat memantik orang lain untuk melakukan hal yang sama. Ini pula menciptakan kesan bahwa bunuh diri dapat "menular". Tapi, apakah pernyataan ini benar adanya?

Benny Prawira, pendiri komunitas Into The Light Indonesia yang jadi pusat advokasi, kajian, dan edukasi pencegahan bunuh diri dan kesehatan jiwa di Indonesia mengatakan, penularan yang dimaksud dalam kasus bunuh diri  bukan dalam bentuk virus atau wabah seperti penyakit menular pada umumnya.

-
ilustrasi/pexels

"Maksud penularan adalah adalah bisa ditiru," ujar Benny.

Dilansir dari ANTARA, Benny mengatakan "penularan" bisa terjadi ketika media memberitakan kejadian tersebut. Terutama bila insiden itu terjadi pada publik figur, secara berkepanjangan dengan mengumbar kronologi, metode dan asumsi tunggal penyebab bunuh diri seseorang.

Benny menambahkan, ada banyak faktor yang menjadi penyebab bunuh diri, sehingga media tak bisa mengasumsikan hanya ada satu faktor seseorang bunuh diri. Bila diasumsikan hanya ada penyebab tunggal, dikhawatirkan orang yang mengalami masalah serupa akan mencari "jalan keluar" dengan cara yang sama.

-
ilustrasi/Area Magazine

Dari studi di jurnal Society and Mental Health, pemberitaan tentang bunuh diri bisa mendorong peniruan, tapi bila penulisannya edukatif, justru bisa membantu mencegah hal yang sama terulang.

Perasaan orang yang ditinggalkan

Ketika seseorang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, maka orang yang ditinggalkan akan merasa sedih dan mengalami luka mendalam. Perasaan ini timbul karena orang tersebut pergi dengan cara yang berbeda.

Benny mengungkapkan bahwa mendukung orang-orang yang ditinggalkan sangat penting dilakukan. Ini bertujuan agar tak berada dalam perasaan sedih dan terpuruk yang berkepanjangan.

-
ilustrasi/pexels

Sanak keluarga atau orang-orang yang ditinggalkan tak hanya merasa sedih, tapi juga bertanya-tanya mengapa orang terdekatnya mengakhiri kehidupannya sendiri.

Memberi dukungan kepada orang-orang yang ditinggalkan penting dilakukan.  Bila orang yang mengalami depresi tersebut tidak segera ditolong, maka bukan tak mungkin orang tersebut juga akan melakukan hal yang sama.

Menurut Benny, cara yang tepat untuk memberi dukungan pada orang yang ditinggalkan ialah dengan menghibur dan membantu segenap tenaga tanpa mengulik perasaan luka yang dipendamnya.

"Tanyakan pada orang yang ditinggalkan, apa yang bisa saya bantu, misalnya mengatur pemakaman, kita tidak perlu bertanya 'kenapa dia bunuh diri?', tak perlu berasumsi." kata Benny.

"Jangan bilang 'memang ya, dia egois tidak memikirkan kamu' walau itu maksudnya menghibur. Jangan menghakimi orang yang meninggal dengan tujuan menghibur, fokus sama yang masih berusaha untuk bertahan." sambungnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Terkini

X