Terdeteksi di Indonesia, Vaksin Booster Bisa Kurangi Risiko Berat Varian Arcturus

- Sabtu, 15 April 2023 | 12:45 WIB
Ilustrasi - Warga mengikuti vaksinasi dosis keempat di Balai Kota Jakarta. (ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna)
Ilustrasi - Warga mengikuti vaksinasi dosis keempat di Balai Kota Jakarta. (ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna)

Epidemiolog Universitas Indonesia, mengimbau masyarakat untuk melakukan vaksinasi penguat atau dosis ketiga, agar bisa mengurangi risiko berat jika terpapar varian COVID-19 Arcturus.

Iwan menjelaskan, vaksin berfungsi mengurangi tingkat keparahan jika tertular virus COVID-19. Itu sebabnya, dia megimbau masyarakat untuk melengkapi vaksinasi paling tidak dosis ketiga.

"Sebetulnya bukan hanya Arcturus saja, varian sebelumnya juga bisa terpapar meskipun sudah vaksin, tetapi vaksin itu kan fungsinya mengurangi tingkat keparahan kalau kita tertular, jadi paling tidak masyarakat harus melengkapi vaksinasi paling tidak sampai dosis ketiga (booster),"  kata Iwan, seperti dikutip dari ANTARA.

Baca juga: 2 Kasus Arcturus Terdeteksi di Indonesia, Begini Gejalanya!

-
Ilustrasi - Petugas menyutikkan vaksin COVID-19 produksi Sinovac di Graha Sabha UGM, Sleman, DIY. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Dia mengatakan, vaksinasi dosis ketiga mampu mengurangi risiko terjadinya penyakit yang berat dan kematian saat seseorang terkena COVID-19.

"Kalau dari analisis data yang ada, vaksinasi dosis ketiga sudah mampu mengurangi risiko penyakit berat hingga meninggal dengan sangat baik, tetapi jika jangka waktu antara dosis ketiga dan dosis keempat (booster kedua) sudah lama, segera vaksin lagi untuk mempertahankan kadar antibodi kita," tambahnya.

Lebih lanjut dia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kembali kesadaran terhadap protokol kesehatan, mengingat saat ini sudah memasuki musik mudik Lebaran.

"Prokesnya tetap diketatkan lagi, kan kalau mudik banyak yang naik angkutan umum, lalu kumpul keluarga juga terkadang di ruang tertutup, liburan bersama keluarga juga ke tempat-tempat umum yang ramai, jadi perhatikan prokes, paling tidak gunakan masker dan sering cuci tangan," tandasnya.

Terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan pembatasan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN), Iwan menilai tidak perlu dilakukan pengetatan.

Pasalnya, berdasarkan analisis, varian Arcturus memang lebih cepat menular, tetapi sejauh ini tingkat keparahannya tidak lebih tinggi dari varian yang sudah beredar.

"Jadi kalau menurut saya tidak perlu PPKM lagi, lalu untuk PPLN juga tidak perlu dibatasi, yang perlu dilakukan ya skrining (pemeriksaan) di bandara, kalau masuk ke Indonesia minimal harus sudah divaksin dosis ketiga, serta agar diperketat lagi skrining suhu tubuh, dan pemeriksaan gejala-gejala di kedatangan bandara," ungkapnya.

Baca juga: Kronologi Masuknya 2 Kasus Varian Arcturus di DKI Jakarta, Sempat Pergi ke India

Senada dengan Iwan, Epidemiolog Universitas Andalas Defriman Djafri mengatakan, karena baru ditemukan dua kasus yang terdeteksi, pemerintah belum perlu melakukan kebijakan yang terlalu dini untuk Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

"Setiap hari pemerintah tentu sudah melakukan pemantauan laporan perjalanan, bisa dilakukan skrining lagi atau pemeriksaan di tempat-tempat strategis orang yang masuk dari luar negeri," ungkapnya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB
X