Waspada, Sering Curhat di Media Sosial Bisa Memicu Stres

- Selasa, 8 Oktober 2019 | 12:23 WIB
photo/Ilustrasi/Pexels
photo/Ilustrasi/Pexels

Di era teknologi seperti sekarang ini, apalagi dengan hadirnya beragam media sosial, memungkinkan seseorang untuk membagikan apa saja tentang kehidupannya kepada publik. Bahkan, kecenderungan itu membuat seseorang lebih senang menumpahkan segala keluh kesah atau masalah melalui media sosial.

Padahal, jika kebiasaan itu dibiarkan terus-menerus dan tidak terkendali, justru dapat memicu stres. Atas dasar itulah, teman untuk berbincang atau sekadar mendengarkan tetap diperlukan.

-
photo/Ilustrasi/Pexels

Meski demikian, berbincang sebaiknya dilakukan secara langsung bukan melalui telepon atau pun pesan instan. Karena dengan bertatap muka, ada interaksi seperti sentuhan atau rangkulan yang bisa dilakukan saat mendengarkan.

Pakar Ilmu Sosial, Budaya, dan Komunikasi, Dr. Devie Rachmawati, M. Hum, CPR mengatakan bahwa anak muda zaman sekarang lebih mudah stres. Yang semakin parahnya, generasi milenial saat ini semakin ketergantungan dengan gadget.

-
photo/Ilustrasi/Pexels

"Ini (gadget) memang bisa menyalurkan emosi (curhat di sosial media) tapi tidak memberikan koreksi. Kalau ketemu kita bisa melakukan sentuhan, merangkul, itu yang sangat dibutuhkan manusia," katanya di Jakarta, Senin (7/10).

Ia mengatakan bahwa manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendirian. Mereka tetap membutuhkan seseorang untuk mendengarkan dan menumpahkan segala masalah.

-
photo/Ilustrasi/Pexels

"Perlu banget (teman berbagi). Ketika gelas itu sudah penuh, kita butuh menumpahkannya. Persoalannya, di sosial media semua orang sibuk menumpahkan akhirnya semua orang stres karena mereka tidak merasa didengar," kata Devie.

Menurut Devie, mendengarkan adalah poin penting dalam berkomunikasi. Terkadang, orang yang memiliki masalah hanya perlu untuk didengarkan agar merasa lebih diperhatikan.

-
photo/Ilustrasi/Pexels

"Dengan mendengarkan, kita membantu anak muda yang butuh saluran. Kalau sudah kosong, diisi dengan yang positif. Jadi, langkahnya kita rangkul anak-anak kita yang stres biar mereka menumpahkan perasaannya kemudian diisi dengan positif," jelasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Terkini

X