Salah satu figur kuno yang terkenal dalam mitologi Mesir ialah Anubis, dewa abadi yang dipercaya mampu memberikan keadilan di alam baka.
Namun, Anubis juga dipercayai memiliki tanggung jawab untuk mengawal jiwa-jiwa orang yang baru meninggal hingga ke alam baka, yang mana menurut kepercayaan Mesir hal ini diambil alih oleh dewi Taweret.
Lantas, mengapa ada perbedaan? Ternyata hal ini dikarenakan Anubis tidak hanya populer di kalangan Mesir kuno saja melainkan di masa Romawi kuno yang sama-sama menyembah Anubis.
Baca Juga: Mitologi Kumbang Scarab, Binatang Suci Mesir Kuno yang Dihubungkan dengan Dewa Matahari
Dikutip dari Ancient Origins, selama periode Yunani-Romawi dewa yang memiliki bentuk bak manusia berkepala serigala ini menjadi dewa kosmik yang menguasai langit dan bumi.
Dalam budaya Yunani-Romawi, Anubis memiliki pengetahuan rahasia kuno dan menjadi pembawa cahaya bagi manusia. Dalam perannya dengan kematian, Anubis tetap dikaitkan dengan Hekate, dewi sihir Yunani, sihir, malam, bulan, hantu, dan necromancy.
Memiliki julukan sebagai 'penguasa tanah suci' menekankan betapa tingginya kekuatas Anubis atas daerah gurun yang ditutupi dengan nekropolis.
Banyak yang menyebut, jika penyembah Anubis ini merupakan orang-orang kuno sebelum Osiris. Hal ini pun membuat asumsi jika Anubis sebenarnya lebih tinggi posisi kedewaannya daripada dewa Padang Pasir, Osiris.
Sebagai pemimpin orang mati, Anubis memiliki julukan: 'Terutama untuk orang barat'. Orang yang meninggal disebut 'orang barat', karena sebagian besar kuburan Mesir kuno terletak di tepi barat Sungai Nil.
Baca Juga: Mitologi Duat: Perjalanan Orang Mati Sebelum Mencapai Akhiratnya Mesir Kuno
Ada motif yang digunakan dalam segel di pintu masuk ke makam kerajaan Lembah Para Raja yang menunjukkan Anubis berjongkok di atas sembilan busur. Ini melambangkan kendalinya terhadap pelaku kejahatan yang mungkin membahayakan permakaman raja.
