Setelah selamat dari revolusi Prancis, Marie Tussaud dilaporkan lebih memilih pengasingan di Inggris Raya, di mana dia memikat banyak orang dengan patung lilinnya. Dalam memoarnya, Marie mengenang Reign of Terror, yang berlangsung dari musim gugur 1793 hingga musim panas 1794.
Selama periode ini, dia ditangkap bersama dengan calon istri Napoleon bernama dengan Joséphine de Beauharnais. Dia dilaporkan nyaris menghadapi guillotine dan dilepaskan saat bersiap untuk dieksekusi, kepalanya pun sudah dicukur. Sebagai gantinya, seseorang akan percayakan tugas tanpa pamrih kepada Marie untuk mengukir topeng pemakaman para bangsawan yang dipenggal kepalanya.
Tradisi topeng kematian berasal dari Roma dan Mesir Kuno, ketika topeng itu digunakan untuk mengawetkan wajah orang mati sebelum munculnya fotografi. Selama berabad-abad, mereka telah digunakan sebagai bagian dari upacara pemakaman potret, upacara keagamaan, dan penyelidikan.
Marie Tussaud mungkin bukan penemu topeng kematian, hanya saja dia adalah orang pertama yang mengomersialkan praktik kuno dalam skala besar. Pada 1802, ketika Napoleon Bonaparte terpilih sebagai Konsul Seumur Hidup, dia membawa koleksi patung lilinnya unjtuk pameran tur di seluruh Inggris Raya sebelum akhirnya memajangnya di Baker Street, London pada 1835.
Majalah Punch menjuluki bagian dari koleksi permanen itu sebagai "Chamber of Horrors", sebuah julukan yang membangkitkan keingintahuan paling mengerikan dari publik Inggris. Berkat keberhasilannya yang datang dari kontroversi, Marie menuai kritik karena sensasionalisnya.
Proses pembuatan patung bisa dilakukan selama berbulan-bulan, dimulai dengan serangkaian foto dan pengukuran yang cermat, di mana seorang patung memodelkan figur dengan menggunakan tanah liat. Setelah langkah itu selesai, model lilin pun berhasil dibuat.
Lalu kemudian warna diterapkan dengan hati-hati dalam nada kulit gigi, dan mata model. Rambut manusia asli juga disisipkan satu per satu di bagian kepala, bulu mata, dan alisnya.
