Konduktif atau konduksi merupakan perangkat sifat fisika yang bisa hantarkan listrik melalui suatu material, seperti tembaga dan air. Tapi, bagaimana jika di luar angkasa sana, ternyata terdapat material yang mempunyai kemampuan superkonduksi?
Baru-baru ini, para ilmuwan dilaporkan telah temukan bahan superkonduktor dari luar angkasa untuk pertama kalinya dari butiran di dalam 2 meteorit berbeda yang jatuh di Bumi. Dari penemuannya, ditunjukkan meteorit bukan hanya sekadar sampah antariksa yang jatuh dari langit.
Penyelidikan baru-baru ini menemukan bahwa kedua meteorit itu miliki kandungan protein ekstraterestrial, mineral yang belum pernah diketahui dan bahan material yang lebih tua dari tata surya. Melihat hal itu, James Wampler selaku fisikawan dan nanosains dari University of California San Diego memberikan komentarnya. Bahkan, dia menjadi penulis utama dari penemuan ini.
“Bahan superkonduktor yang terbentuk secara alami ini tidak biasa, tapi mereka sangat signifikan karena bahan ini dapat menjadi superkonduktor di lingkungan luar angkasa,” ungkap James Wampler.
Para ilmuwan meneliti dari 15 meteorit yang berbeda dengan memakai teknik spektroskopi gelombang mikro deteksi jejak superkonduktivitas pada sampel. Hasilnya, sifat konduksi super tersebut terdapat pada 2 meteorit, yaitu meteorit besi Mundrabilla yang ditemukan di Australia pada 1911, dan meteorit ureilite langka GRA 952095 di Antariksa yang ditemukan 25 tahun lalu.
"Pengukuran dan analisis ini mengidentifikasi kemungkinan berbentuk campuran timbal, indium, dan timah." lanjutnya.
“Secara khusus, partikel superkonduktor dapat mempertahankan ikatan listrik arus mikroskopis yang dihasilkan oleh medan transien dan berkontribusi pada medan magnet terdekat," ungkap para tim peneliti.
Dalam pernyataan mereka, penemuan materi superkonduktor dalam 2 meteorit terpisah mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan besar superkonduktor berada di lingkup astronomi yang berada di luar angkasa.
