The Satanic Temple (TST) atau kelompok pemuja setan akan menggelar pertemuan para pemuja setan yang digadang-gadang sebagai pertemuan terbesar sepanjang sejarah. Acara yang bertajuk SatanCon 2023 itu bakal digelar di Boston, Massachusetts dalam rangka hari jadi TST ke-10 pada 28-30 April mendatang.
Dikutip dari Russia Today, Kamis (12/1), kegiatan ini merupakan agenda pertemuan TST kedua setelah di tahun lalu mengadakan SatanCon di Arizona.
Kali itu, TST mendedikasikan konferensi pertamanya bagi mantan Wali Kota Scottsdale, Jim Lane dan mantan Anggota Dewan, Suzanne Klapp dari Partai Republik yang menolak permintaan TST untuk menyampaikan doa mereka pada pertemuan Dewan Kota.
Adapun pertemuan kedua nanti didedikasikan TST bagi politikus Wali Kota Boston, Michelle Wu. Pasalnya, Wu juga menolak untuk mengizinkan organisasi tersebut menyampaikan doa setan di Balai Kota Boston.
Untuk detail pertemuan, pihak penyelenggara mewajibkan peserta yang hadir dalam acara tersebut mengenakan N-95, KN-95, atau masker bedah sekali pakai dan berusia di atas 18 tahun. TST sendiri mengklaim bahwa mereka memiliki 2.500 anggota di daerah tempat SatanCon digelar tahun ini, Bosto.
Sayangnya TST juga belum mengumumkan mengenai tempat, jadwal acara, dan pembawa acara untuk acara tersebut.
Bac juga: Ajaran Pemuja Setan Diakui Sebagai Agama Oleh Swedia
Akan tetapi, dilansir dari situs The Satanic Temple, pihak penyelenggara menjual tiket ke dalam 4 grup dengan harga yang berbeda-beda. Dijual mulai harga $75 AS (Rp1,1 jutaan) hingga $160 AS (Rp2,4 juta).
Setan Bukan Sosok Jahat
Meski dikenal sebagai pemuja setan, TST menegaskan bahwa mereka tidak benar-benar percaya kepada setan. Kelompok ini pun mengaku tidak memandang Satan sebagai sosok jahat, melainkan sosok yang berani mempertanyakan otoritas.
Baca juga: Wuih... Shudder Akuisisi Film Horor Pengabdi Setan 2, Prestasi Baru untuk Karya Joko Anwar
Sehingga misi utama mereka adalah untuk mendorong kebajikan dan empati di antara semua orang, menolak otoritas tirani, mengadvokasi akal sehat dan keadilan praktis, dan diarahkan oleh hati nurani manusia untuk melakukan pekerjaan mulia.
Selama bertahun-tahun, TST telah memperjuangkan representasi setara atas instalasi keagamaan di tempat publik, mengungkap praktik palsu dalam perawatan kesehatan mental, hingga mengorganisasi klub sekolah bersama kelompok keagamaan lainnya.
